Saya Mulai Menikmati Dunia Bercocok Tanam

Situasi kondisi Pandemi Covid-19 telah memengaruhi segalanya. Cara berpikir seseorang, perilaku, bertindak dan lain sebagainya. 

Saya sendiri ada banyak perubahan karena situasi pandemi Covid-19 ini. Satu diantarnya adalah terkait dunia bercocok tanam.

Jujur, kendati saya anak petani yang dulu, bisa dikatakan sering membantu orang tua di sawah, tapi saya terus terang tidak tertarik untuk meneruskan pekerjaan yang digeluti oleh bapak saya. 

bercocok tanam

Dunia bercocok tanam bagi saya adalah suatu hal yang biasa. Tak menarik. Oleh karenanya tak terbesit dalam pikiran saya untuk kelak nanti mencobanya. 

Tapi, pandemi Covid-19 telah membuka pikiran saya khususnya terkait dunia bercocok tanam. Diawali rasa bosan yang melanda harus berada di rumah terus, maka saya mencoba ingin melakukan suatu hal yang baru. 

Tinggal di perumahan dengan lahan yang sempit, lantas tidak serta merta saya langsung bisa bercocok tanam. 

Sebenarnya sebelum Covid-19 melanda, saya sudah mencoba melakukan bercocok tanam di lantai 3 (rooftop). Tapi, gagal karena lama kelamaan saya mulai capai sendiri karena harus turun naik ke lantai 3. Sejatinya, ketika itu tujuannya juga hanya untuk membuat konten. Rupanya menanam bukan karena hati  itu bisa dipastikan tanaman akan layu sebelum berkembang. Saya merasakan sendiri, itu ada benarnya juga. 

Kemudian berlanjut memanfaatkan area depan dan samping rumah untuk bercocok tanam, tapi saya lakukan seadanya saja. Nah, saat awal Covid-19 (Maret 2020) melanda inilah pada akhirnya saya semakin menikmati dunia bercocok tanam. Ditambah saya merasa ini bisa sekaligus untuk membuat konten dokumentasi video. Tapi, itu tujuan kedua. 

Nah, sekarang saya semakin semangat dan mencintai dunia bercocok tanam. Bisa dibilang, dulu tak tertarik sama sekali. Namun, kali ini saya benar-benar mulai menikmati dunia bercocok tanam. Terlebih semakin terbuka pikiran saya saat tinggal di Tangerang Selatan ini, dimana untuk menanam saja merasa sulit terutama masalah lahannya.

Akhirnya saya sadar, selama ini saya tak melihat peluang di  depan mata. Saya membayangkan desa kampung halaman, dimana ada lahan orang tua yang sekarang ini tidaklah produktif.  Serius, saya merasa ditampar saat sedang enak -enaknya tidur. Tapi, terlambat lebih baik daripada tidak sama sekali. Lagipula, bukankah sering kali orang akan kreatif jika dihadapakan pada kondisi yang tak nyaman alias kepepet. Dan itulah yang terjadi pada saya saat ini. 

Ok, balik lagi tentang bercocok tanam. Jika saya simpulkan ada dua hal yang membuat pikiran saya terbuka dan mulai mencintai sekaligus menikmati dunia bercocok tanam. Pertama, merantau dan kedua, Covid-19. Dua itulah yang membuat saya merasa ditampar oleh kondisi yang tak nyaman ini.

Keduanya ada hikmahnya. 

Posting Komentar untuk "Saya Mulai Menikmati Dunia Bercocok Tanam"