Kegiatan Asyik di Masa Pandemi Corona, Beternak dan Bercocok Tanam

Wabah Virus Corona masih terus melanda di negara kita, bahkan juga di dunia. Ditambah lagi, Jakarta tempat saya berkerja dilakukan PSBB yang konon katanya lebih diperketat. Ada yang bilang PSBB jilid II, setelah masa transisi. Tak berbeda jauh dengan Banten, Tangerang Selatan dimana tempat saya tinggal juga adanya perpanjangan PSBB hingga bulan Oktober. 

Akhirnya, aktivitas diluar pun harus dibatasi. Kalaupun harus keluar, maka itu dilakukan karena benar-benar ada kepentingan yang lebih urgent. Saya sendiri termasuk pekerja yang harus WFH.

Sebenarnya sejak pertengahan Maret dimana Sudah diberlakukannya WFH, maka saya sudah berpikir harus ada kegiatan disekitar rumah agar tidak jenuh

Terus terang adanya internet tak selamanya menghilangkan kejenuhan atau kebosanan. Sebagai manusia, saya tetap perlu aktivitas nyata, tapi yang bisa dilakukan hanya sekitar rumah. Oleh karena itu, mulailah saat itu saya beternak lele dalam ember (budikdamber).  

Lele
Lele
Dimasa pandemi ini, kegiatan real namun asyik lainya selain ternak, saya juga bercocok tanam alias berkebun dipekarangan rumah, walaupun sempit. Maklumlah, tinggal diperkotaan dengan lahan yang terbatas, maka berkebun pun dilakukan dengan cara menggunakan banyak pot. 

Ada kepuasan tersendiri ketika melakukan dua kegiatan itu. Batin senang, memandang ikan-ikan yang membesar. Pikiran fresh melihat tanaman-tanaman yang subur. Saya menanam yang mudah dan simple, yang bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan sayuran sehari-hari seperti cabai, pakcoy atau sawi sendok, kangkung, bayam. Beberapa tanaman obat seperti cocor bebek, bawang putih, jahe, tanaman pengusir serangga/nyamuk. Kemungkinan kedepan akan terus bertambah. 

Bercocok Tanam
Bercocok Tanam
Wabah Virus Corona secara tidak langsung membuat manusia jadi harus banyak-banyak berintrospeksi. Saya bersyukur, kendati kondisi seperti ini tak diharapakan, tapi cukup membuat saya banyak merenung. Terutama dengan alam sekitar. Saya anak petani, dulu melihat tanaman hanya biasa saja. Mungkin karena sehari-sehari melihat itu. Kini, saya sadar tanaman itu adalah bagian hidup saya yang layak diperhatikan. Layak menjadi prioritas. 

Saya sadar, manusia akan melakukan sesuatu karena keadaan. Saat tinggal di desa, menanam bukan menjadi salah satu perhatian. Kini setelah jauh dari desa, dimana menanam dengan keterbatasan itu perlu perjuangan, maka angan-angan saya jadi melayang kedepan, kelak suatu saat kalau Allah  Swt. memberi kesempatan kembali ke desa, maka saya tidak menyia-nyiakan untuk mulai bercocok tanam memanfaatkan pekarangan rumah emak. Semoga.

Pamulang,15/9/2020

Komentar