Pesan Anonim Pemalas Hidupnya Tidak Enak

Sebuah pesan anonim yang memang baik sih, ada unsur nasihatnya, bertuliskan "Pemalas Hidupnya Tak Enak" di dinding Jembatan Tol Serong Cinere, tepatnya di wilayah Pamulang. Dibeberapa kesempatan, saya juga pernah melihat pesan anonim serupa di daerah Ciputat.

Saya rasa, ini masih satu kelompok, bahkan orang yang sama. Mengungkapkan pesan memang sebagai bentuk proses komunikasi. Hanya saja, caranya menurut saya yang masih kurang baik karena merusak keindahan. Ini adalah bentuk vandalisme. 

Pemalas Hidupnya Tidak Enak
Pemalas Hidupnya Tidak Enak

Kendati era media sosial, toh nyatanya orang-orang yang mencorat-coret di tembok masih ada hingga sekarang. Saya sering menemukan hal seperti itu di tembok-tembok fasilitas umum seperti jembatan, jalan. Kadang juga di rumah-rumah warga. 

Kembali lagi terkait "Pemalas Hidupnya Tak Enak." Apa sebenarnya tujuannya menuliskan itu? Apakah hanya sekadar iseng atau punya tujuan lain? Jika ditelisik lebih dalam, tentu perlu analisis semiotika salah satunya. 

Hal seperti itu, sejatinya tidak perlu terjadi karena dengan adanya media alternatif via internet, maka itu bisa menjadi pilihan. Ada banyak. Mulai dari media sosial Facebook, Twitter, Instagram, Youtube, blog, dan lainnya. 

Pemalas Hidupnya Tidak Enak
Pemalas Hidupnya Tidak Enak

Jika memang mempunyai ide dan ingin menyebarkan pesan kepada khalayak luas, kenapa tidak memanfaatkan media seperti di atas? 

Akan tetapi, lagi-lagi itu tentu permasalahan karakter pribadi dan etika. Semua kembali ke masing-masing individu. 

Pesan anonim bertuliskan  "Pemalas Hidupnya Tak Enak," semoga bukan hanya sekadar gaya-gayaan. Bukan hanya sekedar tulisan belaka. Namun demikian, saya berharap sang pencorat-coret juga mempraktikan apa yang dituliskannya tersebut. Apa itu? Rajin. Jauhkan dari rasa malas. Setuju?

Komentar