Guru, Media Sosial, dan Sejarah

Teman-teman mungkin sudah baca terkait berita viral bahwa ada seorang guru yang dipecat karena mengunggah slip gaji di media sosial. 

Sebagai seorang pustakawan yang saat ini beristri guru, tentu saya miris melihat hal tersebut. Terlepas apapun itu alasan pemecatannya.

mantap

Saya melihat guru di Indonesia memang belum semuanya sejahtera. Kadang ada yang masih honorer hingga belasan tahun. Masih beruntung kalau tinggal di Jawa. Nah, kalau tinggal dipelosok sana, luar Jawa lagi. Alangkah hebatnya  sang guru tersebut jika terus bertahan.

Kadang saya berpikir, begitu hebatnya mereka yang mampu bertahan dengan situasi dan kondisi yang tak menentu. Entah dari keadaan ekonomi, keadaan alam, dan lain sebagainya. Tapi, mereka-mereka para guru tetap mempunyai idealisme yang tinggi untuk tetap mengajar. 

Secara pribadi, saya tidak akan mengomentari khusus berita viral terkait guru yang dipecat tersebut hanya karena mengunggah slip gaji di media sosial. Namun, alangkah bijaknya jika yang berwenang di sekolah tersebut mempertimbangkan duduk perkaranya secara adil. 

Pemanfaatan media sosial, jika tidak digunakan dengan bijak sering menjadi permasalahan baru. Ini sering terjadi. Bukan hanya pada seorang guru. Lebih fatal lagi ada yang sampai dibawa ke ranah hukum.

Seperti kata orang bijak, hidup ini adalah perjuangan. Kiranya kita semua bisa mengambil hikmahnya atas peristiwa tersebut. Mungkin, untuk seorang guru yang sudah dipecat, bersabarlah. Memang ngomong itu mudah, realita di lapangan terasa sulit. Tak mengapa sang guru, pasti semua ada hikmanya. Barangkali saja setelah ini, justru ada yang lebih baik. Ayo buat sejarah yang lebih baik. Sekarang dipecat, besok-besok ketika sukses, mereka akan terbelalak. Sukses selalu. 

Komentar