Pepaya Beku, Pedagang Kaki Lima dan Ngeblog

Sukacita adalah bentuk sederhana dari rasa syukur. Karl Barth (1886-1968)
Menikmati makanan favoritku pepaya beku mengingatkanku ketika saya menjadi pedagang kaki lima di terminal bus Jatibarang. Ya, ketika masih SMP saya pernah menjadi pedagang kaki lima yang saya jual di bus-bus. Kala itu, saya menjual es bungkus dengan harga Rp.25 per buah. Es bungkus saya dapatkan dari seorang produsen es terkenal di kampungku. Saya memilih menjual es bungkus karena  tanpa harus mengeluarkan modal. Seteleh es laku baru kemudian kita menyetor hasil jualannya. Sedangkan es-es bungkus yang tidak terjual, maka saya akan mengembalikannya.

Pepaya Beku
Pepaya Beku Dengan Butiran-Butiran Es
Pepaya beku sebenarnya hanya buah pepaya yang sengaja disimpan lama di freezer kulkas hingga di mengeras seperti batu es. Taburan es lembut berwarna putih di penggirnya seperti hamparan salju sehingga menjadikan kenikmatan sendiri untuk segera menjilatinya. Pepaya beku akan lebih nikmat di santap ketika siang hari dengan terik matahari yang membakar kulit. Awalnya saya mencoba pepaya beku dengan membeli kepada salah seorang penjual yang ada di terminal itu, selanjutnya sedari betapa enaknya, maka saya menjadi ketagihan.

Saya tidak tahu di setiap daerah, apakah memiliki nama yang sama atau berbeda. Ada yang menamakan es buah pepaya atau buah pepaya dingin. Di daerah saya sendiri dinamakan kates atis atau es agar kates. Nah, bagaimana dengan teman-teman? Apakah pernah mencoba pepaya beku?

Sembari Ngeblog Kunikmati Pepaya Beku
Sembari Ngeblog Kunikmati Pepaya Beku
Oh iya sebagai penutup, saya menulis ini karena inspirasi Facebook juga lho. Itu tuh kalimat yang ada di kolom update-nya, bertuliskan "Apa yang sedang anda pikirkan?" pastinya saya sedang menikmati pepaya beku sembari ngeblog berburu dolar dong...

Salam,
Pustakawan Blogger

Komentar