Malam terakhir kemarin di Jogja sungguh sebuah kebersamaan yang mengasyikan. Seperti biasa, tanpa rencana, tanpa di duga saya bersama teman-teman kampus Prof. Miko dan Adit yang biasa ngumpul di Gayo Ngopi Arabica hingga menjelang pagi, kini mencoba mengunjungi tempat ngopi baru di Jalan Kaliurang Km 4.5 Gang Megatruh. Nama tempat ngopinya adalah "Sebelah Kopi".
Berawal dari koin uang yang saya kumpulkan selama dua tahun. Tak terasa, menjelang akan pulang kembali karena studi sudah selesai, tiba-tiba saya merasa bingung. Ya, bingung karena sebuah koin. Koin sebanyak kurang lebih berukuran sebotol air mineral, masa iya mau dibawa pulang. Pastinya kurang efektif dong. Akhirnya saya bertanya di grup, dimana tempat yang bisa untuk menukarkan koin. Ada yang menyarankan ke bank, burjo, sampai tukang parkir. Kebetulan, Prof. Miko menawarkan untuk menukarkan ke owner Gayo Ngopi Arabica. Oklah kalau begitu, sayapun mengiyakan dan janjinya Prof. Miko yang membantu menukarkan akan datang nanti malam, saat itu.
Sekitar jam 19.45, Prof. Miko akhirnya datang dengan sebuah sepeda yang konon kabarnya baru selesai diperbaiki. Tentu saya terkejut. Lah wong biasa naik motor, kok tiba-tiba malam itu naik sepeda. Belum lagi jarak rumahnya menuju kos saya Sendowo terpaut lumayan jauh. Kalau gak salah sekitar 7 KM, tepatnya daerah sorosutan. Jujur, saya sempat meragukan kelakianmu Prof. Miko bisa gowes sejauh itu (ha..2). Singkat cerita, koinpun sudah ditukarkan. Sembari ngobrol ngalor ngidul sampailah pada ajakan ngopi bareng ke "Sebelah Kopi". Yah, katanya anggap saja merayakan malam terakhir di Jogja ini sebelum pulang esok harinya. Oklah, saya menyanggupi. Toh, lagipula ada fulus dari tuker koin (he..2). Tanpa basa-basi, seperti biasa sayapun langsung menghubungi Prof. Adit. Rencanaya saya naik motor bareng Adit. Sementara Prof. Miko melanjutkan petualangannya naik sepeda (ha..2).
|
Prof. Miko Semangat Gowes |
Setiba di warung
kopi, kami bertigapun mulai memesan kopi yang diinginkan. Untuk malam itu, pilihan jatuh pada Cappuccino. Sembari mengobrol lepas, sayapun mengeluarkan toples berisi kue putih untuk cemilannya. Saya pikir cemilan ini cocok sebagai teman ngopi. Prof. Miko dan Aditpun mencoba kue yang saya sodorkan. Apa komentarnya? Katanya halus enak, renyah di kunyah. Wah berarti, gak berbeda jauh dengan apa yang saya rasakan.
|
Cappuccino dan Sagu Keju Le Kukiz |
Kue cemilan itu sebenarnya saya dapatkan dari acara kemarin siang mengenai pengalaman dunia kewirausahaan. Kebetulan saya mendapatkan tester langsung dari ownernya ibu Fitriani. Nama kuenya Sagu Keju Premium dengan brandnya Le Cookiezi (Dibaca: Le Kukiz). Pemiliknya memang suka membuat kue-kue. Bagi yang tinggal di Yogyakarta bisa langsung pesan sama ibu Fitriani. saya baca di blognya bahan dasar kue tersebut adalah tepung, susu, butter (anchor) dan tiga jenis keju yaitu keju edam, keju cheddar, dan keju parmesan. Kalau teman-teman ada yang tertarik monggo ini kontaknya:
- WhatsApp: 081314126881
- Facebook: Le Cookiezi
- Instagram: @le_kukiz
- Blog: http://lekukiz.blogspot.co.id
|
Sagu Keju Le Kukiz
|
|
Sagu Keju Le Kukiz |
Silahkan tanyakan harganya langsung ya melalui kontak diatas. Yang jelas rasa gak bisa bohong. Bersama dua teman saya sembari ngopi sudah membuktikan kue sagu keju premium ini cocok untuk menemani sambil diskusi santai hingga tak terasa waktu sudah menunjukan pukul 23.00. Sebenarnya jam segitu masih terlalu dini untuk pulang karena biasanya mesti lebih dari jam 2 pagi (ha..2). Tapi karena Prof. Miko sudah berjanji pulangnya akan membeli martabak untuk isterinya, jadilah acara ngopi bareng disudahi pada jam itu juga. Lagipula, tentu saya merasa kasihan seandainya pulang hingga menjelang pagi dengan menaiki sepeda dari Jakal ke Sorosutan (he..2). Memang sih, malah bagus menjelang pagi-pagi buta semangat gowes (ha..2).
Kebersamaan malam terakhir di Jogja, sebelum saya pulang ke Indramayu ini setidaknya bisa memberikan kenangan yang tak terlupakan. Kenangan bersama Prof. Miko dan Adit untuk menikmati malam panjang yang konon saat itu akan terjadi gerhana bulan. Kendati tidak menyaksikan langsung peristiwa gerhana bulan yang terjadi, tapi dengan disuguhkan secangkir cappuccino saja sudah lebih dari cukup. Belum lagi di tambah kue cemilannya Sagu Keju Le Kukiz yang aduhai lembutnya. Ketika memakannya, kelembutan itu mengingatkan saya pada seseorang nan jauh disana. Ah sudahlah kini saatnya pulang. Saya gak sabar untuk menemuinya...
Salam,
Pustakawan Blogger
Posting Komentar untuk "Kebersamaan Malam Terakhir di Jogja di Suguhkan Cappuccino dan Sagu Keju Le Kukiz"