Bahagia Itu Mudah - Pakaian Bekas, Lebaran dan Limpas
(Sekedar senam otak untuk terus menulis, di tengah gempuran AI yang serba instan)
Masih terngiang dalam pikiranku terkait ceramah dari seorang kiai yang pada awalnya saya kenal dari suaranya. Siapa beliau dan apa yang dikatakannya?
Beliau adalah Gus Baha. Beliau pernah berujar, kira-kira seperti ini:
"Menggantungkan kebahagiaan dengan banyak sesuatu yang anda belum miliki itu merupakan suatu kebodohan, kata orang tasawuf."
Apa maknanya? Banyak bersyukur pastinya dengan kondisi yang ada.
Lalu, apa kaitannya dengan kehidupan sehari-hari?
Jadi, saya coba mengingat masa kecil nan bahagia ketika setiap lebaran datang berkunjung ke desa kelahiran babeh, Limpas.
Ya, ada satu yang membuat saya senyum-senyum sendiri. Semoga penumpang sebelahku yang satu kereta ini tidak menganggapku sedang bermasalah.
Memang kenapa? Ya, saat itu betapa bahagianya kalau satu keluarga datang ke Limpas menemui saudara-saudara yang baik, penuh perhatian, dan akrab pastinya.
Moment kebahagiaan itu, salah satunya terpencar ketika pulang membawa segembol pakaian dan celana bekas yang diberikan saudara. Memberi itu memang bagus. Dalam hadist pun tersirat bahwa "tangan di atas lebih baik dari tangan di bawah" (HR.Bukhari no.1429 & HR.Muslim 1033).
Saudara-saudara saya yang super baik itu memang luar biasa. Memberi sesuatu yang bermanfaat mulai dari jeans, kaos, kemeja, dan sejenisnya. Saat itu benar-benar bahagia banget. Sungguh suatu hal yang istimewa bisa memakai pakaian yang dikasih saudara.
Apa saat itu ada perasaan gengsi? Tidak! Apa saat itu ada perasaan orang tak punya? Juga tidak! Atau apa pada saat itu karena tidak punya pakaian yang dibelikan orang tua? Juga tidak!
Lalu kanapa bisa bahagia? Inilah titik temunya. Dengan ketulusan hati, tidak ada pikiran negatif, di situlah rasa bahagia terpancar. Untuk bahagia tak perlu menunggu ini dan itu.
Bahagia itu ada sekeliling kita, ada di setiap pikiran baik kita, Ada di depan mata yang sering kali tertutupi dengan segala prasangka.
Begitu juga sebaliknya, saudara yang telah memberi pakaian dan celana bekas yang masih layak pakai itu, tentu merasakan hal yang sama. Bahagia ketika melihat wajah yang diberinya merona. Apalagi ketika digunakan untuk kehidupan sehari-hari. Belum lagi pahala yang mengalir untuk bekal kelak.
Lebaran, pakaian bekas, dan Limpas adalah kenangan tak terlupakan. Sekali lagi bahagia itu muncul dari hal yang sederhana.
Hanya dengan kepolosan hati, bahagia itu masuk dalam renung sanubari kita.
Jadi, bahagia itu mudah, baik yang memberi dan menerima itu sama-sama bahagia.
Perlu di ingat, satu hal yang bisa kita ambil hikmahnya. Jangan sekali membatasi "memberi" dengan semata yang bersifat fisik saja.
Luangkan waktu untuk berkontemplasi. Sejatinya 'memberi' yang bersifat tak kasat mata juga mungkin sering dilakukan tanpa pamrih misal seperti tenaga, pikiran, dan waktu. Ini yang sering kali terlupakan. Semoga kita semua terhindar dari hal semacam itu. Ucapan terima kasih dan doa kebaikan kepada mereka merupakan bentuk apresiasi terbaik yang bisa kita sematkan.
Lalu, apa yang bisa saya berikan pada saat ini? Tulisan. Ya tulisan ini. Harapan saya, semoga melalui tulisan ini bisa membuka pikiran, hati, dan menginspirasi kita.
Terima kasih lebaran, terima kasih pakaian bekas, terima kasih Limpas yang sudah mewarnai hari-hari bahagia dalam kehidupan ini. Terima kasih ya Allah.
Eh, saya stop dulu menulisnya, gak terasa sudah sampai Jatibarang. Nanti, saya sambung lagi. Salam. Semoga sehat selalu.
Kereta Gunung Jati, 18 Juli 2025.
Posting Komentar untuk "Bahagia Itu Mudah - Pakaian Bekas, Lebaran dan Limpas"