Aku Pilih Singkong dengan Metode "TaBur"

Sejak pandemi, aku tak bisa lagi pulang kampung setiap 2-3 minggu sekali. Bisa dihitung dengan jari, dalam setahun selama pandemi ini hanya dua kali saja bisa pulang. Itu juga banyak pertimbangannya. 

myu

Di kampung selain kewajiban menengok emak, pastinya sembari melihat tanaman-tanaman dibelakang rumah. Memang belum produktif secara maksimal karena sejak bapakku meninggal 12 tahun lalu, sedikit agak terbengkalai. 

Ok, saat pulang ini, aku mencoba memaksimalkan sedikit celah lahan kosong untuk aku tanami. Masalahnya, waktuku di kampung terbatas sekali dan harus segera ke Tangsel lagi. 

singkong

Oleh karenanya, aku harus memilih jenis tanaman yang mudah ditanam dan tak manja. Bisa ditinggal tanpa harus benar-benar butuh perhatian khusus, maka kupilih singkong. Ya singkong sepertinya pas dengan kondisiku sekarang.

Menanam singkong dengan metode "tabur." Tancap langsung kabur. 

Nah, ketika aku datang nanti, minimal hanya membersihkan rumputnya saja sembari ngasih-ngasih pupuk organik. Itu juga kalau tanaman singkongnya masih hidup. Semoga saja. 

Nanti, 10 bulan kemudian semoga bisa panen. Lah, terus singkongnya buat apa? Itu dipikirkan nanti. Jalani aja yang ini dulu.

Komentar