Perlunya Manajemen Mengeluh

Namanya juga manusia, pasti ada sisi rasa mengeluh. Entah dalam berbagai hal. Penyebabnya mulai dari rasa kecewa, tidak puas, tidak sesuai keinginan dan sejenisnya. Tentang rasa mengeluh sepertinya yang satu ini harus ada manajemen khusus. Jadi, manajemen bukan hanya untuk waktu, keuangan, atau bahkan resiko saja. 

Nah, sekarang untuk bisa melakukan manajeman mengeluh diperlukan audit pribadi terdahulu. Saya mencoba sehari ini melist keluhan-keluhan dan ternyata banyak juga. Keluhan itu mulai dari area keluarga dan tempat kerja. Misalnya saja di area keluarga, ada saja yang kita keluhkan baik lisan maupun dalam hati. Baik secara sadar maupun tidak disadari. Di tempat kerja mulai dari sarana dan prasarana, sistem, bahkan hingga rekan kerja dan atasan. Pendek kata, ada banyak potensi mengeluh.

Setelah mengetahui list rasa mengeluh, maka sepertinya akan mudah untuk menemukan solusinya. Tapi, tidak menjamin mampu untuk mempraktikannya. Ok, biar tidak bingung saya akan coba ambil contoh kasus sendiri. 

Misalnya di tempat kerja ada beberapa keluhan seperti:

  • Atasan yang gak sejalan
  • Apresiasi tidak ada walaupun hasil cukup memuaskan
  • Sistem yang tidak mendukung

Contoh list diatas itu pada akhirnya akan menyebabkan demotivasi kerja karena dibayang-bayangi perasaan kecewa. Itu efek pertama. Efek selanjutnya, bisa jadi merambah ke perbuatan tercela misal ujung-ujungnya ghibah, cerita sana-sini. Lebih parah bisa bikin berita hoax.

Nah, itu baru contoh beberapa keluhan. Lalu, apa yang harus dilakukan? Inilah yang saya bilang perlunya manajemen mengeluh. Sebenarnya hal-hal seperti itu jawabannya sering kita dengar sendiri hanya saja praktiknya yang mungkin belum bisa. Misal berpikir positif, selalu mempunyai perspektif berbeda, menyampaikan pendapat dan lain sebagainya. Setiap rasa mengeluh ada seni tersendiri bagaimana upaya pendekatan yang harus dilakukan. Sekarang saya persempit lagi contohnya disertai solusi untuk penyelesainnya.
  • Atasan yang tidak sejalan dengan pemikiran ideal kita. Cari informasinya mengapa demikian? Pasti ada banyak faktor mulai dari ketidaktahuannya akan sesuatu, tidak mau tahu, budaya kerjanya, dan lain-lain
  • Apa yang harus dilakukan? Kita perlu mempunyai perspektif yang beragam dan luas. Holistik, tidak sempit. Ketika sudah mengetahui alasan-alasan atasan yang tidak sejalan itu, maka kita perlu sesekali menyampaikan pendapat kita. Penyampaian dilakukan perlu melihat situasi dan kondisi. Dalam hal ini perlunya komunikasi efektif. Jika, pendapat kita diabaikan, maka jangan berkecil hati. Pasrah saja, tapi dengan tetap melakukan pekerjaan-pekerjaan rutin seperti biasa. Hindari perasaan-perasaan negatif kepada atasan kita tersebut. Dibuat santai saja. Terus sampai kapan kita harus santai? Sampai waktunya ganti atasan baru. Kan jabatan itu tidak mungkin selamanya, pasti ada periode. Sesimpel itu sebenarnya. Sembari santai, jangan lupa berdoa kepada Allah Swt. agar diberikan yang terbaik. Yang terpenting kita sudah berusaha lalu tinggal berserah diri, tawakal. 
Itu contoh kasus yang sering terjadi dalam dunia kerja. Sering kali secara tidak sadar kita terjangkit dan membuat kerja kita tidak ada gairah, tidak semangat, loyo, dll. Hingga sekarang saya terus berproses belajar untuk melakukan manajeman mengeluh. Walau tak jarang, atas keluhan-keluhan itu kita ungkapkan dengan bercerita ke rekan kerja dan seketika merasa plong. Tapi, negatifnya sering kali kebablasan jadi ghibah. Astaghfirullahaladzim.

Itu baru contoh kasus di tempat kerja. Contoh kasus lain misalnya tentang status profesi kita. Misalnya "saya inginnya jadi ini, tapi gak tahu kenapa sekarang malah jadi itu." Ada banyak. Itulah sebabnya perlunya manajemen mengeluh. Ini juga nanti berhubungan dengan kesabaran. Pada intinya kita harus membuka diri dengan namanya keberserahterimaan. Inilah yang kemudian timbul rasa syukur. 

Komentar