Halo para PNS Pilih WFH atau WFO?

Hampir satu tahun sudah para PNS bekerja antara WFH (work from home) dan WFO (work from office). Pemberlakuan WFH sendiri sudah dilakukan sejak adanya pandemi Covid-19 sekitar Maret 2020 hingga sekarang. Menjelang satu tahun ini, saya sendiri kebanyakan WFH dibanding WFO. Nah, pertanyaanya adalah halo para PNS, setelah menjalani WFH selama hampir satu tahun itu, pilih mana WFH atau WFO? Mungkin pertanyaan ini berlaku juga untuk saya sendiri (he..2).

WFO

Sebagai informasi, saya ingatkan sejatinya PNS untuk bekerja dari rumah itu sudah pernah direncanakan sebelum Covid-19, sekitar akhir tahun 2019. Mungkin teman-teman ingat ketika Bappenas pernah menyatakan akan menggodok skema kerja PNS bekerja dari rumah  dan itu akan diuji coba sebanyak 100 orang PNS. Berikut beberapa contoh beritanya:
  • Mulai 1 Januari 2020, 1.000 PNS Ngantor di Rumah! Asyik nih (CNBC Indonesia, 22/11/2019)
  • Tjahjo Kumolo Kaji Ulang Kebijakan PNS Kerja di Rumah (Merdeka, 12/12/2019)
Dari situ, nyatanya belum sempat uji coba, di pertengahan Maret 2020, PNS sudah melakukan WFH, walaupun belum merata. 

Lantas, apa yang terjadi? Pengalaman saya sendiri perlu ada penyesuaian karena termasuk budaya kerja baru. Beberapa diantaranya:
  1. Awal-awal saya merasa jenuh dan bosan. Ini jujur. Walaupun dulu saya sering berujar bahwa ingin resign PNS karena sepertinya asyik bekerja sebagai wirausaha di rumah. Tapi, bukan seperti ini juga karena kita benar-benar dibatasi, gak bisa kemana-mana. Terkait itu pernah saya tuliskan disini: Dulu Ingin Kerja dari Rumah, Sekarang?. Tapi, saya bersyukur dari kondisi seperti ini, saya jadi tahu rasanya kerja dari rumah. Tetap harus disyukuri. Oleh karenanya, untuk menghindari rasa jenuh itu, maka saya melakukan aktivitas seperti berkebun dan ternak lele. Saat-saat pandemi, justru saya kurang aktif menulis. Gak tahu kenapa. Mungkin inspirasinya mandeg kalau gak kluyuran. Saat WFH sepertinya akan lebih tepat jika tinggal di desa sembari mengolah lahan untuk berkebun demi ketahanan pangan keluarga
  2. Setelah tujuh bulan berjalan, saya mulai terbiasa. Rasa jenuh dan bosan pun perlahan sirna. Sepertinya saya sudah mulai bersahabat untuk WFH karena ada banyak sisi positifnya. Kita bisa lebih menghemat anggaran, ini terasa banget. Memang dari sini tak sedikit teman-teman yang mengeluh karena income tambahan seperti lembur tidak ada. Saya pribadi tidak masalah. Menghemat "anggaran negara" bukan berarti saya sok idealis ya? Tapi, setidaknya bisa lebih tepat sasaranlah peruntukannya.
  3. Sistem kerja WFH bagi saya adalah sudah tepat karena di tempat saya bekerja (perpustakaan) itu bisa dilakukan secara daring. Namun, yang perlu diperhatikan adalah proses digitalisasi koleksinya harus benar-benar rampung 100% sehingga pemustaka bisa mengakses secara daring.
  4. Dengan melihat statistik pengunjung yang datang secara langung pada tahun-tahun sebelumnya, maka WFH bagi saya adalah benar-benar efektif dan efesien. Lagipula, semua ini yang terpenting sudah tekoneksi di internet. Pemustaka bisa menghubungi pustakawan secara daring melalui WhatsApp misalnya. Kegiatan-kegaitan seperti bedah buku, sosialisasi bisa dilakukan secara daring pula.
Kedepan bilamana ditempat kerja saya ada pilihan antara WFH dan WFO, maka saya akan memilih WFH kendati nanti Covid-19 sudah mereda. Ya boleh WFO, tapi sepertinya porsinya mending banyak WFH. 

Bagaimana dengan teman-teman PNS lainya? Pilih mana? Tetap WFH atau WFO? 

Komentar