Memaknai Lirik Lagu Letto Kasih Tak Memilih

Masih tentang Letto. Gara-gara lagu Kengen Deso yang pernah saya komentari sebelumnya, jadi nyambung lagi di lagu Letto lainya, tapi mundur ke belakang, tahun 2016.  Lagunya cukup membuat saya tercengang. Seperti biasa, pertama dari sisi video klip. Kedua, dari liriknya bro.
Baca Juga: Kangen Deso: Lagu Representasi Para Perantau
Judul lagunya Kasih Tak Memilih. Ok, pertama terkait video klipnya. Ketika melihatnya, saya jadi teringat seorang teman di Jogja dulu. Dia pembuat buku pop up sekaligus relawan perpustakaan di sebuah kampung yang cukup jauh dari perkotaan. Kebetulan saya pernah mengunjunginya. Namanya Mas Rendra, Pengelola Taman Bacaan Sanggar Biru.
Perpustakaan Sanggar Biru
Bareng Mas Rendra di Taman Bacaan Sanggar Biru
Perkenalan saya dengan dia ini berawal dari sebuah acara di Perpustakaan Umum Kota Jogja. Saat itu, dia diundang menjadi peserta dan saya sendiri mengisi sebagai narasumber bedah buku. Dari situ, secara intens komunikasi berlanjut hingga akhirnya saya berkunjung ke tempat tinggalnya yang dijadikan taman bacaan. Sungguh luar biasa.

Sekarang menyoal lirik. Kali ini saya tidak memaknai menggunakan teori semiotika. Saya maknai saja sesuka hati. Ok, di empat baris pertama sebelum reff, berikut bunyinya:
Perasaan benci itu
yang tersimpan setiap waktu
Berapa lama ku mau tuk menderita
Aku tak mengerti antara dari hati
Terus terang, rasa benci itu persis seperti dalam lirik itu. Mungkin, termasuk penyakit hati yang sering kali kita tidak sadari. Rasa benci itu sejatinya menyiksa diri sendiri karena pikiran kita akan terfokus pada sesuatu yang kita benci itu. Misal kita membenci seseorang, kita akan fokus pada orang yang ktia benci itu. Padahal, orang yang kita benci itu belum tentu memikirkan kita. Rasa benci membuat orang jadi kerdil, selalu berpikir negatif. Ada aura yang bisa membuat pikiran kita menjadi tak produktif. Hayu, mulai sekarang, perlahan sedikit demi sedikit, hilangkan rasa benci pada sesuatu. Boleh benci, tapi pada kezaliman.

Masuk ke reff, berikut liriknya:
Sebelum terlambat coba tuk mengingat
Seperti kertas yang putih
Cinta kasih tak memilih
Lirik itu sejatinya mengingatkan kita, nasihat yang baik untuk mulai menghilangkan rasa benci misalnya pada seseorang. Memaafkan jika ada orang-orang yang membuat sakit hati pada diri kita. Benci akan menghalangi rasa cinta kasih sehingga sejatinya cinta kasih itu tak perlu memilih hanya karena orang itu pernah menyakiti kita. Berbuat baik kepada orang yang baik kepada kita itu biasa, tapi berbuat baik kepada orang yang menyakiti kita, itu baru luar biasa. Cinta kasih itu universal, tak memandang golongan, agama, ras dan sejenisnya.

Empat baris yang kedua, berikut liriknya:
Cinta yang tlah hilang
seharusnya tak mengapa
Karena kasih yang menjaga hati yang bersih
Hati yang tlah murni takkan tersakiti
Bisakah cinta itu hilang? Bisa saja misalkan berubah karena ke rasa benci itu. Ada banyak faktor mengapa itu bisa terjadi. Nah, seperti dilirik lagu Letto, cinta yang tlah hilang seharusnya tak mengapa, maka manusia sebisa mungkin agar tetap menjaga hati yang bersih karena itu akan menjaga cinta kasih kepada siapa pun umat manusia dimuka bumi ini. Disisi lain, hati yang bersih itu tak akan mudah sakit hati karena mempunyai sifat cinta kasih itu sendiri.

Nah, ngomong-ngomong tentang lirik lagu Letto itu, saya jadi teringat akan puisi saya yang menyinggung tentang kebencian. Judulnya Doakan Saja:
Jika engkau melihat dia
Hingga menumbuhkan kebencian
Jangan engkau caci maki
Jangan engkau hina
Jangan engkau hardik
Lebih baik do'akan saja
Do'akan yang baik-baik
 
Berlatihlah sabar
Berlatihlah diam
Berlatihlah meredam hawa nafsu
 
Yakinlah tentang doa'mu
Kelak suatu saat akan terkabul
Hingga akhirnya kebencianmu perlahan luntur
 
Itulah sejatinya kehidupan 
Malam Nisfu Sya’ban, Pamulang, 11  Mei 2017

Ok, itu tentang puisi saya. Agar lebih afdol, coba kita dengarkan lagu Letto, Kasih Tak Memilih di video berikut ini:



Salam,
Pustakawan Blogger

Komentar