Ringkasan Pustakawan Mari Menulis Buku Bab 1

Saya ingin mengulas ringkasan isi dari sebuah buku tentang dunia pustakawan. Buku ini sebenarnya sudah saya beli cukup lama, tahun lalu dan sudah selesai juga membacanya. Ditulis oleh pustakawan dari UPT Perpustakaan UNS Surakarta. Jadi, rencananya saya akan ulas tiap babnya hingga 6 bab. Untuk sekarang ini saya khususkan fokus pada bab 1 terlebih dahulu. Nah, berikut keterangan bukunya:
  • Judul: Pustakawan Mari Menulis Buku
  • Pengarang: Tri Hardiningtyas
  • Edisi: 2
  • Penerbit: Yuma Pustaka
  • Tahun Terbit: 2017
  • Tempat Terbit: Surakarta
  • Deskripsi Fisik: xli+142 hal, 14 cm x21 cm
  • ISBN: 9786028580922
Pustakawan Mari Menulis Buku

Seperti yang saya bilang sebelumnya, buku ini terdiri dari 6 bab dan bab pertama adalah tentang Mudah Menulis Untuk Pustakawan. Apa sih yang ingin disampaikan penulisnya pada bab pertama ini? Kira-kira, berikut gambaran singkatnya:

Ringkasan Buku Pustakawan Mari Menulis Buku Bab 1

Nah, sekarang mari kita lihat ringkasan ulasannya:

Prasasti Kehidupan

Tak ada yang abadi di dunia ini kecuali sang pencipta. Seperti halnya yang ingin penulis sampaikan melalui bukunya ini bahwa manusia yang sejatinya akan pergi meninggalakan dunia ini, hendaknya membuat sejarah perjalanan kehidupannya melalui sebuah tulisan. Penulis menyebutnya dengan istilah prasasti kehidupan. Berpikir untuk masa depan, dimana generasi berikutnya bisa belajar melalui apa yang sudah kita perjuangan. Apabila itu baik, maka harapannya akan  menjadi inspirasi generasi mendatang.

Betapa pentingnya prasasti kehidupan itu mengingat temuan-temuan masa lalu hingga sekarang terus menghasilkan inovasi karena sebuah tulisan sebelumnya yang bisa bisa dibaca oleh generasi ke generasi berikutnya. Pustakawan dalam hal ini sebagai profesi yang lekat dengan dunia informasi dan pengetahuan, maka idealnya membuat prasasti kehidupan seperti kegiatan sehari-hari berupa tulisan selama bekerja menjadi sebuah buku karena itu akan bermanfaat untuk pustakawan generasi berikutnya. Jangan berpikir menulis itu sulit, tapi harus dicoba. Itu perlu keyakinan, perjuangan dan tentu saja latihan.

Banyak Teori, Sedikit Praktik

Penulis menyoroti bahwa pendidikan di Indonesia ini belum mengerucut pada kemahiran dalam menulis seperti mengungkapkan ide atau gagasan secara terbuka. Menulis yang identik selalu dikaitkan dengan pelajaran bahasa Indonesia juga ternyata masih belum maksimal. Pendek kata, terlalu banyak teori, namun sedikit praktik. Akhirnya perkembangan kemampuan menulis setiap individu akan berbeda-beda bergantung pada masing-masing individu. Jika individu rajin berlatih, maka akan mahir. Sebaliknya, jika tidak, maka sudah barang tentu akan gagap ketika dihadapkan pada tugas-tugas yang mengharuskan menulis. Oleh karenanya, tidak heran jika kasus tersebut juga banyak ditemui pada mahasiswa perguruan tinggi yang masih banyak kesulitan ketika mengerjakan skripsi, tesis, bahkan disertasi. Usulan ideal, penulis merujuk pada Alwasilah, salah satu dosen Universitas Padjajaran bahwa hendaknya kurikulum menulis diterapkan untuk semua pelajaran atau mata kuliah dan tentu saja dengan jam latihan yang cukup banyak.


Berawal Dari Mimpi

Bagaimana agar bisa menulis? Mulailah dari mimpi. Namun, bukan sekedar mimpi. Agar mimpi itu menjadi kenyataan, maka perlu rencana, usaha seperti berlatih secara terus-menerus, praktik, konsisten karena seperti kata pribahasa alah bisa karena biasa. Jangan pernah takut ketika menulis itu tidak akan ada yang baca. Jangan juga berpikir ketika menulis, tulisan kita tidak bermanfaat. Kelak, entah kapan sejatinya tulisan itu akan bisa bermanfaat dalam jangka panjang. Mungkin hari ini tidak, tapi bisa jadi bulan depan, tahun depan, atau bahkan lima tahun kedepan.

Satu hal yang yang patut disayangkan, penulis menyoroti bahwa saat ini masih banyak pustakawan yang  belum menuliskan tentang profesinya sebagai pustakawan. Padahal, apabila pengalaman selama bekerja itu bisa digoreskan dengan kata-kata, maka itu akan menjadi pengetahuan yang bermakna khususnya untuk generasi pustakawan selanjutnya. Pendek kata, penulis mengingatkan, pustakawan ayo menulis dan jangan takut setiap tulisan yang kita buat tidak akan dibaca karena menurutnya, merujuk pada tokoh pustakawan dari India, Ranganathan yang populer dengan 5 hukum Ranganathan bahwa salah satunya yang berbunyi setiap buku ada pembacanya dan setiap pembaca akan mencari koleksi sesuai dengan yang diinginkannya.

Alasan Menulis

Setiap individu memiliki alasan tersendiri kenapa ia ingin menulis. Tak peduli apapun status sosial dan profesinya. Ada yang beralasan menulis karena tuntutan tugas sekoah atau kuliah, ada yang ingin terkenal atau populer, ada yang karena ingin memperoleh uang, ada yang memang karena bercita-cita ingin menjadi penulis, ada juga karena tugas kerja untuk kenaikan pangkat dan lain sebagainya. Tak terkecuali dengan pustakawan, menulis merupakan aktivitas yang bisa bermanfaat baik untuk profesinya, bahkan untuk ladang amal jariyahnya kelak. Pustakawan menulis akan bermanfaat minimal sebagai bahan evaluasi kerjanya di masa yang akan datang.


Menjaga Komitmen, Konsisten & Menciptakan Brand

2K-B itu adalah istilah singkatan yang sengaja saya buat. Pembuatan singkatan agar mempermudah saja karena sejatinya itu diartikan antara komitmen, konsistensi dan menciptakan brand atau personal branding dari pustakawan misalnya. Jadi, penulis menyinggung bahwa untuk menjadi seorang penulis, maka perlu adanya komitmen, ucapan yang direalisasikan dengan tindakan. Bisa jadi ini adalah sebuah niat awal yang diucapkan dengan kata-kata, lalu mulai melakukan dengan berlatih secara konsisten.

Komitmen adalah janji pada diri sendiri sekaligus motivasi diri agar terus semangat menulis. Komitmen dapat membuat target yang bisa tercapai apabila direalisasikan dengan sungguh-sungguh. Memang lisan itu mudah dibanding praktik, tapi itu perlu perjuangan untuk melakukannya. Kiranya, menulis agar terus bersemangat bisa diawali dengan minat atau passion. Dari sini, berlatih menulis secara konisten berdasarkan passion dan keahlian (skill), maka secara tidak langsung akan menjadi ciri khas atau personal branding dari si penulis itu sendiri. Pustakawan bisa melakukan itu karena memiliki spesialisasi masing-masing.

Kekurangan dan Kelebihan Penulis (+/-)

Menurut penulis, dikatakan bahwa ada kelebihan jika pustakawan sekaligus menekuni profesi menulis atau dengan kata lain sebagai penulis. Kelebihan yang dimiliki misalnya karya akan ide dan gagasan kreatif, selalu memperbaharui dengan pengetahuan yang baru, menjadi manusia bermanfaat, populer hingga sebagai ladang amal jariyah. Sementara itu, kekurangan dari penulis misalnya sering kali suka menyendiri dan abai terhadap kesehatan diri.

Upaya Yang Perlu Dilakukan

Agar bisa menulis, maka ada beberapa hal yang bisa dilakukan. Namun, yang pasti adalah latihan secara konsisten berdasarkan komitmen yang telah dibuat adalah kuncinya. Beberapa cara lain misalnya mengikuti training menulis, workshop atau seminar kepenulisan, hingga berkumpul dengan komunitas penulis sehingga bisa saling memotivasi antar teman di dalam komunitas tersebut. Penulis mencontohkan pada komunitas KMP (Komunitas Menulis Pustakawan) yang terdiri kurang lebih dari 100 anggota dan bisa membuat buku secara bersama-sama (bunga rampai).

Mengapa Pustakawan Harus Menulis?

Pada dasarnya, apa pun profesi yang digeluti setiap individu itu bisa berkembang jika dibarengi dengan aktivitas menulis. Tak terkecuali dengan profesi pustakawan, menurut hemat penulis bahwa alasan mengapa pustakawan harus menulis diantaranya adalah seabgai usaha untuk memperkenalkan dunia perpustakaan sekaligus profesi pustakawan kepada khalayak luas. Kemudian sebagai sarana untuk berbagi informasi dan ilmu pengetahuan yang bisa bermanfaat untuk masyarakat.

Nah, itulah ringkasan singkat dari buku berjudul Pustakawan Mari Menulis Buku, Bab 1 yang ditulis oleh Ibu Tri, Pustakawan UNS. Setidaknya dari ringkasan tersebut, saya berharap mulai banyak pustakawan yang tergerak untuk mulai menulis buku. Seperti yang disarankan oleh Ibu Tri, mulailah menulis pekerjaan sehari-hari selama menjadi pustakawan sebagai catatan yang kelak akan menjadi prasasti. Tentunya prasasti itu akan menjadi sejarah kehidupan manusia yang bermanfaat. Jangan lupa pula, harus berkomitmen dan latihan secara konsisten.

Ringkasan yang saya buat tersebut tentunya masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saya berharap dimulai dari ringkasan singkat ini, maka akan ada banyak pustakawan yang penasaran, lalu ingin membaca bukunya Ibu Tri  sendiri secara langsung. Semoga.
Baca Juga: Unduh Buku Kelima Saya Gratis, Dua Dunia Seirama
Ok, Insya Allah, untuk bab berikutnya akan saya ulas ringkasannya di postingan selanjutnya. Semoga bermanfaat.

Salam,
Pustakawan Blogger

Komentar

adinda mengatakan…
Terima kasih sudah demikian gamblangnya ringkasan yang disajikan. Semoga dapat memberikan inspirasi untuk saudaraku pustakawan mengnungkapkan ide-idenya. Sampaikan idemu, mari berbagi untuk kebaikan. Salam. Tri H. Pustakawan Penulis
Murad Maulana mengatakan…
Enggih Ibu Tri. Sukses selalu buat Ibu Tri juga. Kapan-kapan pengen kolaborasi nulis sama ibu Tri (he..2)
adinda mengatakan…
Ringkasan lanjutannya ditunggu ya