Belajar Berbicara di Depan Kamera

Public speaking atau berbicara di depan publik itu adalah skill yang tidak setiap orang miliki. Persis seperti kemampuan menulis. Namun, itu bisa dipelajari jika kita tertarik untuk menguasainya. Seperti yang saya lakukan sekarang. Saat ini saya sedang terus berlatih berbicara agar lebih terstruktur, tapi khusus untuk di depan kamera.

Wow

Ternyata berbicara di depan kamera dengan  di depan khalayak luas misalnya semacam presentasi itu terasa sangat berbeda. Jujur, ketika saya berbicara dengan khalayak luas misal presentasi untuk suatu acara, itu masih bisa saya lakukan, walaupun dengan spontan. Paling tidak, saya masih bisa improvisasi dengan berkomunikasi dua arah misal dengan pesertanya. Tapi, untuk berbicara sendiri di depan kamera, itu jelas perlu trik dan kebiasaan. Melakukan improvisasi berkomuniksi dengan benda mati, itu gimana rasanya (he...2).  Oleh karenanya sering kali saya merasa stuck. Ngomong jadi kaya Vespa lagi ngadat.

Gagal Fokus

Saya merasa ketika berbicara di depan kamera itu sering kali gagal fokus. Kenapa demikian? Setelah saya analisis sendiri, mungkin ada beberapa point yang menyebabkan itu. Pertama, Persoalan tidak biasa atau tidak lazim. Kenapa? Karena ketika saya berbicara di depan kamera itu, saya harus ngoceh sendiri. Akhirnya saya merasa aneh sendiri (he..2). Mungkin, buat penyiar radio pemula, begini kali ya yang dirasakannya (he..2).

Kedua, ternyata berbicara di depan kamera itu, pikiran jadi terpecah misalnya dari mata yang harus menatap kamera hingga tema yang harus diomongkan. Belum lagi kalau sembari memegang sendiri alatnya misal dengan kamera ponsel atau sembari merekam objeknya, maka seringkali tata bahasa berbicara juga jadi terpecah. Mbuyar, kalau orang Jawa bilang. Pendek kata, banyak fokus yang harus diperhatikan.

Ketiga, sama dengan yang pertama. Tapi, kalau yang pertama merasa aneh karena berbicara sendiri. Kalau yang ini, rasa anehnya karena berbicara sembari melihat wajah sendiri. Mungkin persis kaya orang lagi bercermin, terus saya berbicara sendiri sembari memperhatikan gerak bibir dan wajah sendiri (he..2). Akhirnya balik lagi, konsentrasi buyar. Kasus ini terjadi, misalnya ketika saya berbicara dengan menggunakan kamera ponsel.

Apa Yang Harus Dilakukan?

Dari hasil analisis sendiri itu, akhirnya saya harus mencari solusi dengan cara yang pertama, jelas berlatih secara terus-menerus. Seperti biasa, kata-kata bijak "bisa karena terbiasa" itu yang menjadi pegangan saya.

Lalu yang kedua, sering melihat orang-orang yang berbicara lancar di depan kamera. Ini agar bisa diambil pelajaran pentingnya mulai dari alur gaya bicaranya, gerakan badan dan tangan saat berbicara, mimik wajah, dan lain sebagainya.

Ketiga, membiasakan ngomong sendiri agar rasa aneh itu hilang perlahan-lahan. Akhirnya tidak mengalami gagal fokus lagi. Tidak lupa pula, membangun kepercayaan diri karena sepertinya ini juga penting mengingat sering kali rasa percaya diri itu menghantui pikiran yang menyebabkan terkena mental block yang bersifat negatif. Misalnya merasa tidak bagus dengan hasilnya. Padahal, itu adalah proses yang kalau terus itu dilakukan, maka lambat laun akan mahir dengan sendirinya. Saya menganggap persis seperti ketika pertama kali saya belajar menulis lalu memublikasikannya. Saat itu, memang perlu kepercayaan diri dan menghilangkan mental block yang bersifat negatif.

Tujuan 

Kalau ditanya soal tujuan, mengapa dan untuk apa sih saya belajar berbicara di depan kamera? Bukankah menulis di blog saja sudah cukup? Jadi, satu hal yang ingin saya tegaskan, saya belajar berbicara di depan kamera bukan karena ikut-ikutan misalnya sekarang ini sedang booming vlog atau menjadi Youtuber. Tujuan dan niat saya untuk belajar berbicara di depan kamera tak lain dan tak lebih hanya untuk melengkapi dokumentasi berupa format video saja.

Era digital ini, saya kira dokumentasi visual sedang menjadi trend. Dokumentasi berupa video ini sering kali bermanfaat untuk pelengkap tulisan saya yang ada di blog juga. Memang untuk kasus tertentu, saya perhatikan saat ini ada pergesaran terutama tulisan-tulisan yang bertema wisata dan tutorial kini sudah banyak beralih ke format video. Tampaknya, untuk dua kategori itu, informasi tampilan berupa visual seperti video ini menjadi daya tarik sendiri. Apalagi minat baca di negara kita itu masih jauh dari harapan. Tahu sendiri, jauh sebelum munculnya Youtube, munculnya televisi saja adalah salah satu media yang bisa menganggu persoalan minat dan budaya baca.

Berbicara di depan kamera sebagai upaya saya dalam berbagi informasi/pengetahuan dengan pilihan format. Dengan berpijak pada 3 cara orang belajar, yakni visual, auditori, dan kinestetik, maka saya hanya ingin menambahkan pilihan itu, selain dari hanya sekedar tulisan. Sehingga harapan saya bagi yang senang dengan visual itu bisa terakomodasi dengan video-video yang saya buat. Itu saja sih. Semoga saya bisa.

Salam,
Pustakawan Blogger

Komentar