Sudahkah Kita Ikhlas dan Ridho?

“Sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.” (Al-An’am: 162) 
Sebuah pertanyaan menarik yang dilontarkan penceramah ketika acara tausiyah di Masjid Al-Hidayah Bapeten kemarin. Kira-kira seperti ini: "Pernakah anda marah atau kecewa kepada Allah, SWT karena merasa hidup anda tidak seperti yang anda inginkan?" Pendek kata kita menginginkan seperti ini, namun Allah, SWT memberikan seperti itu. Sekarang mari kita berkontemplasi sejenak, jika itu terjadi pada kita, maka sudahkah kita ikhlas dan tawakal dengan usaha yang kita lakukan? dan sudahkah kita ridho dengan apa yang diberikan Allah, SWT tersebut?

Dasarnya Ikhlas
Berbicara mengenai kata ikhlas dan ridho, seringkali seseorang salah menempatkan kedua istilah tersebut. Sebagai contoh misalnya ketika kita melamar aplikasi beasiswa ke sebuah institusi, maka segala usaha dan do'a akan kita lakukan. Namun, suatu hari apliksi beasiswa yang kita ajukan ternyata ditolak. Biasanya ada beberapa orang terdekat kita akan mengatakan, "sudahlah ikhlaskan saja, mungkin belum rezekinya". Inilah yang seringkali salah menempatkan antara ikhlas dan ridho.

Seharusnya segala usaha dan do'a yang kita lakukan itu di dasarkan pada keikhlasan. Sedangkan hasil yang kita terima itu adalah ridho. Jadi, apapun hasil yang diberikan Allah, SWT hendaknya kita harus ridho. Seperti itulah kira-kira penggambaran antara ikhlas dan ridho yang tepat karena segala amal dan perbuatan kita dasarnya harus ikhlas entah itu solat, sedekah, membantu orang lain, membaca qur'an dan semua ibadah-ibadah lainya untuk kemudian kita menerima apa yang di berikan-NYA (takdir) dengan ridho. Ikhlas adalah perbuatan yang dilakukan semata-mata hanya karena Allah, SWT. Perbuatan ikhlas biasanya juga akan berkaitan erat dengan riya (amal ibadah yang dilakukan tanpa keikhlasan).
“Tidak Aku ciptakan jin dan Manusia melainkan hanya untuk beribadah kepada-Ku.” (QS. Adz –Dzariyat: 56 )
Sedangkan ridho adalah perbuatan terpuji yang menerima semua keputusan Allah, SWT dengan lapang dada, senang, sukarela, sukacita.

Dua Garis Lurus
Untuk memperjelas lagi, mari kita lihat dan perhatikan gambar berikut ini:

Ikhlas, Ridho, Tawakal
Kita asumsikan ada dua garis lurus sisi satu (1) dan sisi dua (2). Kedua garis ini tidak akan bertemu. Jika dipandang dari jauh memang akan tampak seperti satu titik garis lurus. Pada sisi 1 adalah segala daya upaya, usaha dan do'a kita (ikhtiar) untuk mencapai sesuai keinginan yang kita harapkan. Sedangkan sisi 2 adalah takdir Allah yang terjadi pada kita.

Kita ambil contoh misalnya ketika seseorang ingin menjadi kaya.  Untuk mencapai itu orang tersebut haruslah bekerja keras. Segala usaha yang dilakukan harus tetap merujuk pada syariat Islam (halal). Selain bekerja keras, sebagai seorang muslim hendaknya juga ia sambil berdo'a dengan melakukan amalan-amalan seperti solat hajat, dhuha, sedekah, dan lain sebagainya. Inilah yang berada pada sisi 1. Seorang muslim yang baik biasanya akan dilanjutkan dengan sikap tawakal yaitu berserah diri kepada Allah,SWT dengan menunggu hasil terhadap apa yang telah dikerjakannya.

Namun demikian, pada kenyataanya orang tersebut ditakdirkan Allah, SWT sebagai orang yang biasa (tidak kaya). Inilah yang terjadi pada sisi 2. Dengan apa yang diberikan Allah, SWT maka sebagai muslim yang baik hendaknya tetap bersikap ridho.

Sebagai renungan buat saya pribadi dan mungkin untuk teman-teman semua, kembali ke pertanyaan awal yang dilontarkan oleh penceramah. Sudahkah kita menjalankan semua amal ibadah kita secara ikhlas dan ridho terhadap hasil yang diberikan oleh Allah, SWT. Kalau ini bisa dilakukan, maka perasaan syukur itu yang akan timbul. Jika rasa syukur sudah masuk dalam relung saubari setiap insan, Insya Allah apapun yang diberikan oleh Allah,SWT kepada kita itu memang yang terbaik kendati tidak menginginkannya.
Bisa jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan bisa jadi kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. Al Baqarah: 216)
Semoga kita bisa meresapi dan menjalani perbuatan ikhlas dan ridho dengan benar dalam kehidupan ini. Amin...

Jakarta Pusat, 15 Juli 2014

Komentar