Lima Tingkatan Nikmat Yang Harus di Syukuri Agar Selalu Berbuat Kebaikan

Hari Jum'at lalu, tepatnya tanggal 17 Januari 2014, khutbah Jum'at di Masjid Bapeten Al-Hidayah membahas tentang keharusan manusia untuk menysukuri nikmat, utamanya dalam kehidupan ini. Umur yang diberikan Allah,SWT hendaknya harus digunakan untuk hal kebaikan dan ibadah hanya karena Allah, SWT. Khatib berwasiat kepada semua jemaah jum'at bahwa ada lima tingakatan nikmat yang harus di syukuri oleh setiap umat muslim agar selalu berbuat kebaikan. Lima tingkatan ini diawali dari yang terendah hingga yang tertinggi.

Masjid Al-Hidayah Bapeten
Gambar diambil Setelah Sholat Jum'at Selesai di Masjid Al-Hidayah Bapeten
Harta 
Pertama, nikmat dikasih harta.  Nikmat ini adalah nikmat yang terendah. Bagi setiap muslim yang dikasih harta hendaknya senantiasa selalu bersyukur untuk memanfaatkan hartanya dalam hal kebaikan. Adanya harta yang diberikan oleh Allah. SWT jangan sampai membuat kita lupa terutama untuk beribadah kepada-NYA. Harta tersebut merupakan titipan yang kelak semuanya akan dipertanggungjawabkan di akherat nanti.

Di satu sisi, demi mengejar harta tidak sedikit manusia bekerja dari pagi sampai malam hingga seringkali lupa beribadah kepada sang khalik. Banyak orang yang tidak sadar bahwa dalam hidup ini adalah singkat sehingga amat di sayangkan jika lupa untuk berbuat kebajikan yang dianjurkan Allah.SWT melalui rosulnya Muhammad,SAW.

Ada sebuah kisah menarik dari dialog Nabi Musa dengan seorang nenek berikut ini. Kiranya kisah ini dapat menjadi pelajaran bagi kita semua tentang singkatnya umur kita di dunia ini.
"Nek mengapa engkau bersedih?", tanya Nabi Musa kepada seorang nenek
"Saya sedih karena ditinggalkan oleh anak saya," jawab sang nenenk
"Memang umurnya berapa nek," tanya Nabi Musa kembali
"Umur saya 400 tahun. Sedangkan anak saya yang meninggal berumur 100 tahun."
"Wahai nenek seandainya engkau tahu bahwa umat Nabi Muhammad nanti umurnya hanya 63-70 tahun, pasti engkau akan bersyukur," kata Nabi Musa kembali.
Lantas sang nenekpun menimpali,"Seandainya saya hidup dizaman Nabi Muhammad,SAW niscaya hidup yang singkat itu akan saya gunakan hanya untuk beribadah kepada-NYA. Saya tidak akan membangun mati-matian gubuk yang reot ini."
Lalu Musa berkata kembali,"Walau umat Nabi Muhammad itu berumur pendek akan tetapi mereka banyak yang bergelimang harta, banyak hidupnya yang berfoya-foya, banyak yang hidupnya hanya untuk mengejar dunia semata."

Dialog singkat antara Nabi Musa dan nenek itu kiranya dapat menjadi pelajaran penting bagi kita semua utamanya bagi pemilik blog ini agar senantiasa selalu bersyukur atas limpahan rahmat-NYA baik yang sadar maupun yang tidak di sadari. Sangat jelas nikmat Allah,SWT ini tidak bisa dihitung dengan angka.

Kesehatan
Kedua, nikmat dikasih kesehatan. Betapa nikmat sehat itu sangat mahal dan bergharga sekali. Percuma seandainya kita dikasih harta berlimpah namun fisik kita tidak sehat. Oleh karenanya selama kita sehat ini pergunakanlah hanya untuk beribadah kepada-NYA. Berbuat kebajikan dikala sehat merupakan refleksi rasa syukur kita kepada Allah,SWT. Coba bayangkan seandainya hanya 30 detik saja kita tidak diberikan udara untuk bernafas, maka sudah bisa ditebak apa yang akan terjadi.

Iman
Ketiga, nikmat iman. Nikmat diberikan iman Islam ini adalah tingkatan yang ketiga dimana wajib kita syukuri karena lahir dalam keadaan sebagai seorang muslim. Betapa Allah, SWT akan memberikan hidayah-NYA kepada orang-orang yang dipilih-NYA. Oleh karena itu tidak ada alasan untuk tidak mensyukuri-NYA.

Atas Iman
Keempat, nikmat di atas iman. Ada nikmat iman dan ada juga nikmat di atas iman.Maksud dari nikmat dia atas iman adalah mereka yang telah berhasil mengajak orang-orang untuk beribadah kepada Allah,SWT. Oleh sebab itu, tanpa hidayah yang diberikan oleh Allah,SWT tidak mungkin kita akan berhasil untuk mengajak orang-orang dalam berbuat kebaikan. Pendek kata, nikmat diatas iman adalah mereka yang telah menyerukan kebenaran kepada umat muslim kemudian berhasil diikuti oleh segenap manusia untuk menyembah dan beribadah hanya kepada Allah,SWT. Inilah Jihad sebenarnya yang harus dilakukan umat muslim yakni menyerukan kebaikan bukan dengan mengebom dikeramaian sehingga banyak menelan korban jiwa yang salah sasaran.

Khusnul Khatimah
Kelima, nikmat meninggal khusnul khatimah. Nikmat yang satu ini tentu belum semua manusia mangalaminya jika masih hidup. Oleh karena itu, kita sebagai manusia yang lemah senantiasa selalu berdo'a kepada Allah, SWT agar ketika meninggal semoga dengan ujung yang baik (khusnul khatimah). Beribadah dan berbuat kebaikan semata-mata hanya karena Allah,SWT adalah jalan untuk mencapai itu. Semoga kita semua dapat memperoleh nikmat meninggal khusnul khatimah.Amin..

Sekali lagi, semoga kita semua bisa menjadi orang-orang yang senantiasa bersyukur. Utamanya bersyukur pada lima tingkatan nikmat yang telah dibahas diatas. Intinya yang saya tangkap dari khutbah Jumat di Masjid Al-Hidayah Bapeten tersebut bahwa, sang khatib berpesan: hidup kita yang pendek ini agar senantiasa selalu beribadah semata-mata hanya karena Allah,SWT. Ibadah disini konteksnya luas, jadi berbuatlah amal dan perbuatan yang sudah di gariskan oleh Allah,SWT.

Hidup yang singkat ini hendaknya harus selalu kita gunakan untuk berbuat kebaikan. Di ujung khutbah, sang khtib berwasiat jangan sampai hidup kita ini dipenuhi dengan kerugian seperti yang disindir oleh Al-Quran dalam surat Al-Ashr yang berbunyi:

surat Al-Ashr

Jumat,17 Januari 2014, Masjid Al-Hidayah Bapeten Jakarta

Komentar