Seser dan Nener

Sebelum ngomongin seser, ada baiknya saya awali dengan istilah nener. Apa itu nener? Nah, pertanyaan tersebut sudah pernah saya tuliskan dalam artikel terdahulu di blog ini  (baca: Filosofi Nener dalam Kehidupan). 

Istilah nener saya dapatkan dari orang tua dan nenek saya. Saat itu, beliau sering mencari ikan ketika musim air tiba. Bukan hanya ikan, terkadang juga udang, belut, dan sejenisnya. 

Nenek dan emak saya pergi nener dengan membawa dua alat penting. Pertama, seser dan kedua adalah ember sebagai wadah hasil tangkapan. Ember biasanya diikatkan dipunggung dengan kain batik. 

Sementara seser adalah alat penangkap ikan berbentuk segitiga  dengan jaring warna biru. Jaring tersebut dikaitkan pada potongan bambu yang dibentuk segitiga. Kira-kira bentuknya seperti ini:

seser

Saya yakin, bagi teman-teman yang tinggal di kampung, tentu paham dengan alat tersebut. Seser bagi anak-anak juga sering digunakan. Bak alat keren, biasanya anak-anak langsung pergi ke sungai kecil (kalen), sawah, aliran irigasi dan lainya yang memang ada ikan. 

Seser ini adalah alat tradisional untuk menangkap ikan dan udang dengan cara yang lebih menjaga alam. Menjaga ekosistem sekitar karena dilakukan secara alami dan tidak merusak alam. 

Saya tidak tahu, seser masih dijual atau tidak di toko pancing. Oh iya, menyoal nener itu juga pernah saya dokumentasikan dalam buku saya tahun lalu: Merangkai Makna Tersembunyi: Sepenggal Kisah dari Kampung Mangga. 

Silakan download ebooknya gratis. 

Video celoteh tentang seser:

Komentar