Meneladani Kreativitas Penjual Rumbah Semanggen
Menurutku kalau masalah ketahanan pangan keluarga, maka orang desa adalah juaranya.
Alam sekitar adalah rezeki dan anugerah yang diberikan oleh Gusti Allah Swt.
Nah, bagi orang desa, alam adalah peluang sekaligus tempat untuk menguji potensi kreativitasnya.
Tapi, masalahnya tidak semua orang di desa itu bisa melihat peluang disekitarnya itu.
Mungkin, kreativitas itu tak berkembang, salah satunya karena faktor gengsi. Mungkin loh ya.
Itukan baru dugaan. Kalian boleh mendebatnya.
Aku coba mundur kebelakang. Ini tentang seorang emak-emak yang kreatif. Masih segar dalam ingatanku dulu waktu kecil, ada seorang emak-emak yang menjual tanaman liar ini alias rumput. Dalam bahasa jawa sering disebut "suket." Tanaman liar ini adalah sejarah panjang dalam hidupku. Sayur-mayur gratis yang tersedia di alam. Ditempatku dinamai "semanggen." Wikipedia menyebutnya Semanggi. Banyak tumbuh di pinggir-pinggir sawah.
Emak-emak itu menjual berkeliling menjajakan daganganya ke rumah-rumah warga. "Rumbah semanggen" namanya. Disiram sambal kacang, aduhai enaknya. Jangan lupa, ditambah krupuk dan potongan cireng. Aku pikir, emak-emak ini bener-bener kreatif dizamannya.
Nah, sekarang adakah generasi muda di desa kita mampu bergerak seperti emak-emak itu?
Atau mungkin ini juga untuk autokritik aku pribadi!
Ini bukan berarti harus berkeliling jualan "rumah semanggen." Bukan!!!
Tapi, ini tentang PELUANG dan KREATIVITAS.
Oh iya, gambar terakhir ini, aku memegang pohon mangga gak ada hubungannya dengan "rumbah semanggen."
Cuma mau ngasih ucapan selamat, tanggal 21 Maret itu Hari Hutan Sedunia. Yuk, jaga alam kita. Lestari alamku.
Selamat berakhir pekan kawan-kawan.
Posting Komentar untuk "Meneladani Kreativitas Penjual Rumbah Semanggen"