4 Dampak Vlog Bagi Para Remaja Generasi Z

Era sekarang, Youtube menjadi sebuah media fenomenal yang bisa dikatakan menggeser platform media lainya seperti televisi, radio, surat kabar, majalah dan tentu saja blog. Jauh sebelum Youtube menjadi booming seperti saat ini, blog bisa menjadi media informasi pilihan alternatif dalam pertimbangan sebelum mengambil suatu keputusan. Tapi kini, era baru telah merubahnya tanpa terkecuali bagi para remaja generasi Z.

Pada 2016 berdasarkan hasil survey APJII, Youtube menjadi konten media sosial ketiga terbesar di Indonesia yang sering diaskes sebesar 14,5 Juta (11%) setelah Facebook dan Instagram. Ini artinya, Youtube dimasa yang akan datang, bisa saja menyaingi Facebook dan Instagram.
APJII (2016)
APJII (2016)
Penelitian yang dilakukan Larasati dan Manalu (2017) tentang Dampak Menonton Vlog Terhadap Perilaku Viewers Remaja (Studi Eksploratif Penonton Vlog) sangat menarik. Penelitian tersebut dilakukannya teradap 1.000 remaja (generasi X) yang aktif menonton vlog. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang berisi daftar pertanyaan terkait vlog. Berdasarkan hasil penelitian tersebut ada 4 dampak dari menonton vlog khususnya untuk para remaja generasi Z, generasi kelahiran mulai dari akhir tahun 1990-an hingga 2010-an. Hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Variety Magazine (2014) seperti dikutip oleh Larasati dan Manalu (2017), bahwa di Amerika dari 10 remaja antara usia 13-18 tahun, maka ada 6 remaja yang akan lebih terpengaruhi oleh Youtubers dibanding selebritis. Wow, bisa dibayangkan, betapa vlog begitu kuat mempengaruhi para remaja tersebut.

Lalu, apa saja 4 dampak menonton vlog bagi remaja generasi Z tersebut menurut penelitian Larasati dan Manalu (2017)?

Pertama, adanya perubahan pola perilaku konsumsi media. Dalam kasus ini perubahan pola perilaku konsumsi yang digunakan mereka adalah internet. Salah satunya yaitu Youtube. Kini, televisi tidak lagi menjadi media yang utama bagi mereka untuk digunakan dalam mencari informasi ataupun hanya sekedar mencari hiburan. Selain media televisi, media lain seperti blog juga tergeser apalagi seperti radio, surat kabar dan majalah. Oleh karenanya tak heran muncul vlogger-vlogger baru di Youtube.

Kedua, para remaja generasi Z ternyata juga melakukan identifikasi terhadap apa yang ditontonya di Youtube terutama untuk vlogger-vlogger yang di favoritkannya. Identifikasi ini terjadi secara tidak sadar. Konon katanya mereka akan melakukannya secara subjektif dan berperasaan dengan mengesampingkan rasionalitas. Identifikasi terhadap vlogger favoritnya ini menyangkut sikap dan tingkah laku yang ada dalam dirinya sehingga apa yang dilakukan vlogger tersebut dapat mempengaruhi dalam kehidupan sehari-hari dari mulai cara berpakaian, tempat liburan, cara berkomunikasi, kosmetik bahkan hingga cara menyelesaikan masalahnya. Titik pointnya adalah Bagaimana jika konten yang dibuat itu banyak bernada negatif?

Ketiga, para remaja generasi Z ketika akan membeli produk berdasarkan kebutuhannya juga ternyata memanfaatkan ulasan-ulasan dari para vlogger. Kendati mereka melakukannya melalui tahap seleksi dan evaluasi, namun demikian kerpercayaan terhadap ulasan para vlogger bisa mempengaruhi mereka dalam memutuskan akan membeli atau tidak terhadap produk yang sedang diperlukannya. Oleh karenanya tak heran apabila banyak personal yang memasarkan produk atau perusahaan baik kecil atau besar yang melakukan endorsement terhadap vlogger yang memiliki subscriber banyak. Tahap ini bisa juga dalam jangka panjang akan bermuara pada pola konsumtif.

Keempat, adanya pembentukan komunitas, dimana hal ini terjadi diawali karena kekaguman terhadap vlogger-vlogger favoritnya. Dari hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa mereka para generasi Z tidak hanya sekedar mengagumi melainkan juga akan selalu mendukung dengan apa yang diilakukan vlogger favoritnya itu.
Unduh hasil penelitian disini

Waspada dan Pentingnya Pendidikan Akhlak (Budi Pekerti)

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, khusus untuk para orang tua yang memiliki anak remaja generasi Z tentu saja harus waspada dan mengawasi secara ketat dengan pemanfaatan internet khususnya Youtube. Memang, pemanfaatan internet ini tidak bisa diawasi dengan mudahnya karena menyangkut lingkungan baik teman sepermainan atau sekolah. Dirumah, barangkali kita bisa mengawasi secara ketat, akan tetapi bagaimana ketika berada diluar? Inilah kenapa pentingnya sebuah pendidikan akhlak (budi pekerti) dimana, ini adalah benteng agar anak-anak kita bisa memilih dan memilah dengan bijak. Di blog ini saya pernah menulis terkait pentingnya akhlak (budi pekerti) sebelum tanamkan literasi digital (baca: Di Era Digital ini, Tanamkan Akhlak/Budi Pekerti Sebelum Literasi Digital).
Baca juga: Definisi, Manfaat dan Elemen Penting Literasi Digital
Kewaspadaan orang tua terhadap anaknya harus dilakukan sedini mungkin dengan memberikan pendidikan akhlak. Selanjutnya, ketrampilan teknis terkait literasi digital ini bisa dilakukan manakala pendidikan akhlak sudah tertanam kuat. Pendidikan akhlak itu ibarat kompasnya ketika berada di tengah hutan. Ketika anak-anak kita sudah mantap dalam mempraktikan pendidikan akhlak dalam kehidupan sehari-hari, maka internet bukanlah menjadi media yang ditakuti melainkan akan menjadi sebuah media positif  yang bisa menunjang proses belajar anak-anak.
Baca juga: Ini Dia Tips Helvy Tiana Rosa Untuk Para Orang Tua Kepada Anak-Anaknya Terhadap Pemanfaatan Media Elektronik
Pengalaman sendiri, anak saya yang sekarang sudah menginjak kelas 3 SD, menonton Youtube memang menjadi kesukaanya. Saya sebagai orang tua tak henti-hentinya memberikan pengertian sikap yang jelek dan baik itu seperti apa. Kalau jelek, jangan ditiru, seandainya baik silahkan jadi motivasi. Ini tentu tidak mudah, namun dengan keyakinan dan perlahan-lahan, Insya Allah bisa dilakukan. Pemilihan vlogger yang ditontonpun harus diseleksi karena saat ini konten-konten negatif yang dibuat untuk konsumsi para remaja juga banyak beredar. Waspada, penanaman pendidikan akhlak, pengawasan dan ketrampilan literasi digital menjadi penting dilakukan di era digital dewasa ini. Jangan pernah ada kata susah, apalagi menunda-nunda!

Salam,
Pustakawan Blogger

Komentar