Belajar Trik Bisnis Dari Tukang Bubur
Pagi-pagi cari sarapan di daerah sekitar kantorku, tepatnya jalan alydrus Jakarta Pusat. Tak ada yang seramai dua pedagang kaki lima langgananku yaitu tukang bubur dan mie ayam. Saya sendiri selalu membeli dari kedua pedagang kaki lima ini. Sehari bubur ayam, besoknya mie ayam. Terkadang saya ganti dengan soto mie, lontong sayur dan nasi udug. Namun diantara semua itu, bubur ayamlah yang paling sering ku beli. Sembari menunggu bubur ayam yang sedang diracik, saya selalu memperhatikan mengapa pedagang bubur ini bisa laris manis tanjung kimpul. Saya tidak tahu persis dalam sehari berapa porsi yang terjual. Namun, yang jelas selalu habis ketika melewati jam 09.00-09.30 pagi. Ini artinya jam kerja untuk jualannya hanya membutuhkan sekitar 3 jam saja, yakni dimulai dari pukul 06.00. Sungguh sebuah peluang bisnis yang menggiurkan bagi tukang bubur tersebut. Secara tidak sadar, dapat dipastikan tukang bubur ini mempunyai trik bisnis yang perlu saya pelajari.
Seringkali saya harus mengantri untuk membeli bubur ayam tersebut. Anehnya walaupun banyak yang mengantri, ternyata masih banyak orang-orang yang rela mengantri dan menunggu lama juga. Kenapa bisa demikian? Apakah tidak ada saingan? Ada, tapi lumayan tempatnya agak jauh. Sementara tukang bubur di jalan alaydrus itu yang paling strategis. Pernah suatu hari, tukang bubur ini tidak berjualan. Kemudian digantikan dengan yang lain? Apa yang terjadi? Ternyata sepi, tidak seramai tukang bubur langgananku itu. Setelah saya mencoba mencari-cari penyebab laris-manisnya tukang bubur langgananku ini, terkumpulah delapan faktor yang menjadi kemungkinan jualan buburnya selalu ramai dan habis. Bahkan delapan faktor ini bisa dijadikan tips dan tirk bisnis untuk teman-teman wirausahawan ketika akan terjun ke dunia usaha. Anggap saja belajar trik bisnis sederhana dari tukang bubur yang sukses. Karena saya yakin penghasilannya sebulan lebih besar daripada beberapa konsumen yang menjadi pelanggannya. Kedelapan faktor ini menyangkut lokasi, pelayanan, rasa, menu dan harga. Berikut delapan faktor tersebut:
Lokasi strategis
Ini rumusan pasti. Lokasi strategis adalah salah satu faktor utama kenapa tukang bubur laris manis. Bayangkan disitu ada banyak perkantoran besar seperti Lion Air, PT.Pelni, kantor saya sendiri Bapeten, Bank-Bank, deretan kantor pengacara, dan lainya. Belum lagi pelanggan-pelanggan lainya yang mengendarai motor dan mobil. Saya perhatikan ada banyak pelanggan jauh yang membeli bubur ayamnya. Bahkan sampai ada yang memborong banyak untuk acara di kantor.
Pelayanan cepat
Pelayanan benar-benar super cepat. Sampai-sampai dia mempekerjakan dua orang untuk membantunya secara khusus. Bisa dikatakan tukang bubur ini paling cekatan diantara pedagang makanan lainya yang saya temukan selama ini. Khusus untuk meracik bubur ia tangani sendiri. Sedangakan dua orang pekerjanya hanya membantu mislanya mengantarkan pesanan, memberikan uang kembalian, hingga menyiapkan aneka bumbu bubur yang dibutuhkan.
Hapal dengan keinginan konsumen
Terus terang baru kali ini saya menemukan seorang pedagang yang hapal persis dengan kebiasaan pembelinya. Bayangkan ratusan konsumen dengan selerea berbeda-beda dapat diketahui oleh si tukang bubur ini. Sungguh sebuah ingatan yang luar biasa. Saya menyaksikan sendiri dari setiap pelanggan yang membeli, maka si tukang bubur akan dengan mudah menyebutnya. Misal tanpa diberi kacang, tanpa kecap manis, diberi mrica, sambal tiga sendok, ditambah sate telur, dan lain sebagainya.
Menurut hemat saya, ini juga yang membuat pelanggan merasa puas karena ketika akan membeli tanpa harus menyebutkan yang akan dipesannya. Kita membayangkan ketika datang ke tempat makan yang hampir setiap hari datang, namun pelayan sama sekali tidak peduli dengan kebiasaan kita. Apa yang terjadi? Sepintas mungkin kita akan menggerutu atau bergumam: " ne orang bagaimana sih, gak pernah hapal menu kesukaan kita.
Jujur dan percaya
Jujur disini berkaitan dengan uang kembalian. Bisa juga menu yang tidak dikurangi sembarangan. Jadi, persis seperti biasanya. Kadang-kadang ada juga pedagang yang ketika sudah laris, ada pikiran tidak jujur dengan cara mengurangi porsinya. Akibatnya ada keanehan, artinya berbeda dari yang biasanya.
Ada cerita menarik dengan si tukang bubur ini. Ketika kenaikan BBM yang pertama kali di era kepemimpinan Jokowi, saya iseng-iseng bertanya.
"Pak, buburnya uda naik", tanyaku kepada tukang bubur itu.
"Belum pak, nanti naiknya. Soalnya ini masih memanfaatkan bahan-bahan yang saya beli masih dengan harga lama", jawab tukang bubur itu.
Apa yang didapatkan dari kisah tersebut? Coba perhatikan kejujurannya dengan mengatakan bahwa ia tidak akan menaikan harga buburnya karena masih memanfaatkan bahan baku yang dibelinya ketika harga lama. Ini adalah bentuk kejujuran yang ada pada tukang bubur tersebut. Jujur tentu saja modal para wirausahawan yang wajib harus dikedepankan. Secara khusus saya pernah menulis tentang jujur hasil dari mendengarkan khutbah Jum'at di kantorku. Silahkan baca: Jujur dan Tingkatannya
Selain daripada jujur, tentu saja point penting yang saya dapatkan dari tukang bubur ini adalah kepercayaan. Contoh kasusnya misalnya ketika ada seseorang yang bayarnya kurang, maka tukang bubur itu tidak serta merta harus tetap membayar pada saat itu juga. Akan tetapi, dia akan menyuruh pelanggan tersebut agar nanti saja membayar kekurangannya lain waktu.
Tidak Pernah Marah Ke Pelanggan
Tukang bubur ini tidak pernah marah lho, dalam artian terhadap pelanggannya. Sebenarnya dia juga sering marah pula akan tetapi ditujukan kepada pegawainya saja. Itu juga dikarenakan kerjanya yang dianggap lambat. Namun, belakangan saya melihat akhir-akhir ini jarang memarahi pegawainya lagi. Mungkin setelah berganti-ganti pegawainya yang merasa tidak betah akibat terlalu sering dimarahi. Ketika ada konsumen yang salah atau berubah menu yang dipesannya, si tukang bubur ini tetap dengan sabar akan melayani. Mungkin ini juga salah satu yang membuat pelanggan tetap setia untuk membeli bubur ayamnya.
Harga Tidak Mahal
Untuk harga saya kira benar-benar tidak mahal.Tukang bubur ini juga tidak sembarangan menaikan harganya ketika BBM naik. Diantara menu sarapan pagi lainya, bubur ayam merupakan makanan yang lumayan murah. Makanya tak heran banyak yang memilihnya.
Rasa Tidak Bisa Bohong
Soal rasa memang tidak bisa bohong. Racikan bumbu-bumbu untuk bubur ayam ini lumayan enak. Saya sendiri paling senang dengan sambalnya yang menggiurkan. Terlebih saya adalah pecinta sambal dari kecil. Benar-benar nikmat ketika menyantapnya. Sebaliknya, ketika makan bubur tanpa sembal, hambar rasanya. Tidak ada selera untuk memakannya kecuali kalau benar-benar sedang lapar. Mungkin habis kali ya? (he..2). Kalau begitu sebenarnya makanan itu bisa dikatakan enak ketika lapar atau memang karena racikan bumbunya ya? (he..2). Yang pasti dua-duanyakan? He..2
Menu Pilihan Lengkap
Menu tambahn yang lengkap dari pedagang bubur tersebut merupakan daya tarik bagi para pembeli. Menu lengkap ini diantararanya khusus sate-satean seperti sate telur, sate kulit, sate jeroan dan lain-lainya. Bagi pecinta jeroan tentu akan menjadi penggugah selera tersendiri.
Nah, kira-kira seperti itulah hasil analisis saya terhadap tukang bubur yang laris manis banyak pelanggannya. Sekali lagi saya ingatkan, ini bisa menjadi trik bisnis yang bisa kita implementasikan ketika kita terjun ke bisnis kuliner ataupun bisnis lainya. Belajar dengan mengamati kesuksesan berjualan dari tukang bubur itu tentu tidak ada ruginyakan?
Salam pustakawan blogger
Seringkali saya harus mengantri untuk membeli bubur ayam tersebut. Anehnya walaupun banyak yang mengantri, ternyata masih banyak orang-orang yang rela mengantri dan menunggu lama juga. Kenapa bisa demikian? Apakah tidak ada saingan? Ada, tapi lumayan tempatnya agak jauh. Sementara tukang bubur di jalan alaydrus itu yang paling strategis. Pernah suatu hari, tukang bubur ini tidak berjualan. Kemudian digantikan dengan yang lain? Apa yang terjadi? Ternyata sepi, tidak seramai tukang bubur langgananku itu. Setelah saya mencoba mencari-cari penyebab laris-manisnya tukang bubur langgananku ini, terkumpulah delapan faktor yang menjadi kemungkinan jualan buburnya selalu ramai dan habis. Bahkan delapan faktor ini bisa dijadikan tips dan tirk bisnis untuk teman-teman wirausahawan ketika akan terjun ke dunia usaha. Anggap saja belajar trik bisnis sederhana dari tukang bubur yang sukses. Karena saya yakin penghasilannya sebulan lebih besar daripada beberapa konsumen yang menjadi pelanggannya. Kedelapan faktor ini menyangkut lokasi, pelayanan, rasa, menu dan harga. Berikut delapan faktor tersebut:
Lokasi strategis
Ini rumusan pasti. Lokasi strategis adalah salah satu faktor utama kenapa tukang bubur laris manis. Bayangkan disitu ada banyak perkantoran besar seperti Lion Air, PT.Pelni, kantor saya sendiri Bapeten, Bank-Bank, deretan kantor pengacara, dan lainya. Belum lagi pelanggan-pelanggan lainya yang mengendarai motor dan mobil. Saya perhatikan ada banyak pelanggan jauh yang membeli bubur ayamnya. Bahkan sampai ada yang memborong banyak untuk acara di kantor.
Pelayanan cepat
Pelayanan benar-benar super cepat. Sampai-sampai dia mempekerjakan dua orang untuk membantunya secara khusus. Bisa dikatakan tukang bubur ini paling cekatan diantara pedagang makanan lainya yang saya temukan selama ini. Khusus untuk meracik bubur ia tangani sendiri. Sedangakan dua orang pekerjanya hanya membantu mislanya mengantarkan pesanan, memberikan uang kembalian, hingga menyiapkan aneka bumbu bubur yang dibutuhkan.
Hapal dengan keinginan konsumen
Terus terang baru kali ini saya menemukan seorang pedagang yang hapal persis dengan kebiasaan pembelinya. Bayangkan ratusan konsumen dengan selerea berbeda-beda dapat diketahui oleh si tukang bubur ini. Sungguh sebuah ingatan yang luar biasa. Saya menyaksikan sendiri dari setiap pelanggan yang membeli, maka si tukang bubur akan dengan mudah menyebutnya. Misal tanpa diberi kacang, tanpa kecap manis, diberi mrica, sambal tiga sendok, ditambah sate telur, dan lain sebagainya.
Menurut hemat saya, ini juga yang membuat pelanggan merasa puas karena ketika akan membeli tanpa harus menyebutkan yang akan dipesannya. Kita membayangkan ketika datang ke tempat makan yang hampir setiap hari datang, namun pelayan sama sekali tidak peduli dengan kebiasaan kita. Apa yang terjadi? Sepintas mungkin kita akan menggerutu atau bergumam: " ne orang bagaimana sih, gak pernah hapal menu kesukaan kita.
Jujur dan percaya
Jujur disini berkaitan dengan uang kembalian. Bisa juga menu yang tidak dikurangi sembarangan. Jadi, persis seperti biasanya. Kadang-kadang ada juga pedagang yang ketika sudah laris, ada pikiran tidak jujur dengan cara mengurangi porsinya. Akibatnya ada keanehan, artinya berbeda dari yang biasanya.
Ada cerita menarik dengan si tukang bubur ini. Ketika kenaikan BBM yang pertama kali di era kepemimpinan Jokowi, saya iseng-iseng bertanya.
"Pak, buburnya uda naik", tanyaku kepada tukang bubur itu.
"Belum pak, nanti naiknya. Soalnya ini masih memanfaatkan bahan-bahan yang saya beli masih dengan harga lama", jawab tukang bubur itu.
Apa yang didapatkan dari kisah tersebut? Coba perhatikan kejujurannya dengan mengatakan bahwa ia tidak akan menaikan harga buburnya karena masih memanfaatkan bahan baku yang dibelinya ketika harga lama. Ini adalah bentuk kejujuran yang ada pada tukang bubur tersebut. Jujur tentu saja modal para wirausahawan yang wajib harus dikedepankan. Secara khusus saya pernah menulis tentang jujur hasil dari mendengarkan khutbah Jum'at di kantorku. Silahkan baca: Jujur dan Tingkatannya
Selain daripada jujur, tentu saja point penting yang saya dapatkan dari tukang bubur ini adalah kepercayaan. Contoh kasusnya misalnya ketika ada seseorang yang bayarnya kurang, maka tukang bubur itu tidak serta merta harus tetap membayar pada saat itu juga. Akan tetapi, dia akan menyuruh pelanggan tersebut agar nanti saja membayar kekurangannya lain waktu.
Tidak Pernah Marah Ke Pelanggan
Tukang bubur ini tidak pernah marah lho, dalam artian terhadap pelanggannya. Sebenarnya dia juga sering marah pula akan tetapi ditujukan kepada pegawainya saja. Itu juga dikarenakan kerjanya yang dianggap lambat. Namun, belakangan saya melihat akhir-akhir ini jarang memarahi pegawainya lagi. Mungkin setelah berganti-ganti pegawainya yang merasa tidak betah akibat terlalu sering dimarahi. Ketika ada konsumen yang salah atau berubah menu yang dipesannya, si tukang bubur ini tetap dengan sabar akan melayani. Mungkin ini juga salah satu yang membuat pelanggan tetap setia untuk membeli bubur ayamnya.
Harga Tidak Mahal
Untuk harga saya kira benar-benar tidak mahal.Tukang bubur ini juga tidak sembarangan menaikan harganya ketika BBM naik. Diantara menu sarapan pagi lainya, bubur ayam merupakan makanan yang lumayan murah. Makanya tak heran banyak yang memilihnya.
Rasa Tidak Bisa Bohong
Soal rasa memang tidak bisa bohong. Racikan bumbu-bumbu untuk bubur ayam ini lumayan enak. Saya sendiri paling senang dengan sambalnya yang menggiurkan. Terlebih saya adalah pecinta sambal dari kecil. Benar-benar nikmat ketika menyantapnya. Sebaliknya, ketika makan bubur tanpa sembal, hambar rasanya. Tidak ada selera untuk memakannya kecuali kalau benar-benar sedang lapar. Mungkin habis kali ya? (he..2). Kalau begitu sebenarnya makanan itu bisa dikatakan enak ketika lapar atau memang karena racikan bumbunya ya? (he..2). Yang pasti dua-duanyakan? He..2
Menu Pilihan Lengkap
Menu tambahn yang lengkap dari pedagang bubur tersebut merupakan daya tarik bagi para pembeli. Menu lengkap ini diantararanya khusus sate-satean seperti sate telur, sate kulit, sate jeroan dan lain-lainya. Bagi pecinta jeroan tentu akan menjadi penggugah selera tersendiri.
Nah, kira-kira seperti itulah hasil analisis saya terhadap tukang bubur yang laris manis banyak pelanggannya. Sekali lagi saya ingatkan, ini bisa menjadi trik bisnis yang bisa kita implementasikan ketika kita terjun ke bisnis kuliner ataupun bisnis lainya. Belajar dengan mengamati kesuksesan berjualan dari tukang bubur itu tentu tidak ada ruginyakan?
Salam pustakawan blogger
Posting Komentar untuk "Belajar Trik Bisnis Dari Tukang Bubur "