Jangan Asal Ikut Webinar Kepustakawanan!

Sejak WFH diberlakukan karena Virus Corona, maka sejak saat itulah yang namanya webinar begitu akrab di telinga kita.

Apapun bidang kerjanya, webinar dengan tema khusus yang terkait, selalu mudah di akses. Kendati ada juga yang tertutup. Tapi, toh dokumentasi videonya juga biasanya tersedia, misalnya saja di Youtube.

Webinar Kepustakawanan

Kondisi seperti ini tentu ada sisi positifnya. Katakanlah misalnya tak memerlukan biaya yang cukup mahal atau bahkan bisa memperoleh banyak pengetahuan dengan hanya menyaksikan berbagai webinar tersebut. 

Namun, dibalik semua itu, sejatinya bersifat semu. Bisa dikatakan berpotensi pada kebingungan tersendiri. Sering kali tujuannya menjadi tak jelas, bersifat formalitas. Sering kali terjebak pada rutinitas biasa, tanpa tahu esensi ketika mengikuti webinar tersebut. Tak jarang akhirnya, yang penting ikut tanpa hakikat kenapa sebenarnya dia ikut webinar tersebut. 

Nah, hal seperti itu, mestinya harus disiasati dengan mindset yang lebih cerdik dari masing-masing personal yang mengikut webinar. 

Tiga Alasan

Ok, sekarang mengerucut khusus pada webinar kepustakawanan karena saya sendiri sebagai pustakawan yang melihat fenomena tersebut terjadi juga di dunia kepustakawanan.

Hemat saya ada tiga hal untuk rekan-rekan pustakawan yang ingin mengikuti webinar kepustakawanan.

Pertama, ikutilah sesuai dengan tupoksi kerjanya. Jangan asal babad saja mengikuti semua dengan dalih "demi pengetahuan." Benarkah? Sebagai contoh jika bekerja di perpustakaan khusus, lalu ada webinar terkait perpustakaan umum, maka sebaiknya pikirkanlah untuk mengikutinya. Walaupun mungkin bisa saja ada titik singgung temanya. Namun, hemat saya akan lebih substansial jika benar-benar khusus terkait perpustakaan khusus.

Kedua, sesuaikan dengan tujuan yang hendak ingin capai misalnya terkait skill. Misalnya jika kita menginginkan peningkatan skill tentang menulis, maka ikutilah webinar terkait dunia menulis walaupun penyelenggaranya bukan dari perpustakaan. Motivasi alasan kedua ini bisa saja bersifat pribadi tanpa ada hubungan dengan alasan yang pertama diatas. Oleh karena itu, akan lebih baik jika alasan pertama dan kedua saling terkait. Sebagai contoh saya bekerja di perpustakaan khusus lembaga ingin meningkatkan keahlian saya dalam bidang sitasi. Nah, kebetulan ada webinar terkait itu dan penyelenggaranya adalah perpustakaan perguruan tinggi, maka ini bisa kita ikuti. Kira-kira idealnya seperti itu. Alasan pertama dan kedua bersinggungan akan lebih baik.

Ketiga, setelah mengikuti webinar tersebut, maka praktikanlah. Jangan hanya berhenti pada aspek kognitif semata, namun perlu adanya aktualisasi dari apa yang diperoleh. 

Nah, rekan sejawat pustakawan dimanapun berada, jika ketiga hal tersebut diperhatikan, maka saya yakin setiap yang akan kita ikuti akan lebih bermakna. 

Mungkin ada banyak alasan-alasan lain ketika mengikuti webinar misalnya sertifikat, angka kredit fungsional, agar tampak rajin, dan lain sebagainya. Namun, penting bagi kita untuk mulai memikirkan suatu hal yang lebih efektif dan efesien untuk suatu hal yang kita cita-citakan. 

Memang, semua alasan dan pilihan kembali lagi ke masing-masing personal. Saya hanya bisa berpesan, jangan asal ikut webinar kepustakawanan! Kecuali karena tiga alasan diatas. Lebih juga boleh...

Pamulang, 19/11/2020

Salam,

Pustakawan Blogger

Posting Komentar untuk "Jangan Asal Ikut Webinar Kepustakawanan!"