Pentingnya Memahami State of the Art dan Gap Teoritik Dalam Penelitian Ilmiah
Salah satu kunci penting dalam melakukan penelitian ilmiah adalah pada state of the art dan gap teoritik. Setidaknya dua istilah itulah yang harus dicari terlebih dahulu sehingga akan terlihat rumusan masalah yang ada dilapangan.
Dua istilah itu, saya dapatkan dari Prof.Achmad Djunaedi, dosen mata kuliah seminar proposal semester ini yang saya ikuti. Setidaknya ini menjadi trik baru ketika akan melakukan sebuah penelitian. Jujur, sebelumnya saya hanya melist sebuah masalah dilapangan terlebih dahulu baru kemudian melihat dari sisi teorinya.
Kalau di detailkan, apa sih sebenarnya state of the art dan gap teoritik itu? Saya memahaminya kira-kira seperti ini:
Menurut beliau bahwa state of the art adalah ujungnya ilmu pengetahuan. Seperti yang kita tahu, ilmu pengetahuan itu tidak statis. Ia mengalami perubahan dari waktu ke waktu, jadi dinamis. Dalam istilah yang pernah disinggung oleh Thomas Kuhn bahwa ilmu pengetahuan itu bersifat revolusioner dari satu pradigma ke paradigma baru. Nah, state of the art ini adalah fokusnya pada apa yang paling terbaru dari sebuah teori yang ada. Biasanya di jurnal-jurnal akan ditemukan state of the art dari sebuah ilmu pengetahuan yang paling mutakhir. Oleh karenanya penting sekali membaca jurnal untuk mengikuti trend atau perkembangan terbaru dari sebuah ilmu pengetahuan.
Lantas, apa itu gap teoritik? Nah, gap teoritik adalah perbedaan atau jeda yang terjadi antara state of the art dengan empiris atau fenomena yang terjadi dilapangan. Ini bisa dilihat setelah melakukan perbandingan di antara keduanya. Jika terjadi keraguan, maka perlu menguji yang dilanjutkan misalnya dengan cara melakukan metode penelitian survey (survey research methods). Penelitian ini apa yang disebut dengan peneltian kuantitatif. Logika berpikirnya adalah deduksi. Lain lagi dengan qualitative research methods, maka tidak ada teori ketika akan terjun dilapangan. Teori hanya sebagai pembanding agar tetap dalam koridor penelitian. Logika berpikirnyapun secara induksi. Bagaimana seandainya teori tidak lengkap? Maka bisa menggunakan modifikasi teori yang dikenal dengan penelitian studi kasus (case study). Salah satu buku rekomendasinya adalah yang ditulis oleh R.K.Yin.
Jika digambaran antara state of the art dan gap terotik dalam penelitian ilmiah kira-kira seperti ini:
Kita bisa melihat pada gambar diatas topik sebuah penelitian dalam hal ini masalah bisa muncul ketika melihat adanya gap teoritik antara state of the art dengan yang terjadi fenomena dilapangan. Pendek kata, antara teori yang ada ternyata terjadi perbedaan dengan situasi yang terjadi di lapangan, maka ini terjadi gap teoritik.
Tinjauan pustaka menjadi penting untuk melihat sejauh mana ilmu pengetahuan telah berkembang hingga yang paling terbaru itu ada. Umumnya bisa dengan melihat penelitian-penelitian terdahulu misalnya dengan membaca jurnal-jurnal. Jadi, dengan kata lain tinjauan pustaka itu berfungsi bukan hanya untuk melihat perbedaan dengan penelitian yang akan kita lakukan. Namun demikian, itu bermanfaat untuk melihat perkembangan ilmu pengetahuan tahap demi tahap sehingga terlihat alur proses perkembangannya. Biasanya untuk mempermudah dibuat tabel dari tahun ke tahun perkembangan dari ilmu pengetahuan tersebut berdasarkan dengan subjek ilmunya.
Nah, kira-kira seperti itulah pentingnya state of the art dan gap teoritik dalam sebuah penelitian ilmiah. Jika ada yang dirasa keliru dengan pemahaman saya, mohon kiranya kawan-kawan bisa memberikan masukan melalui kotak komentar dibawah atau bisa via email sehingga nanti bisa saya update secepatnya.
Salam,
Pustakawan Blogger
Dua istilah itu, saya dapatkan dari Prof.Achmad Djunaedi, dosen mata kuliah seminar proposal semester ini yang saya ikuti. Setidaknya ini menjadi trik baru ketika akan melakukan sebuah penelitian. Jujur, sebelumnya saya hanya melist sebuah masalah dilapangan terlebih dahulu baru kemudian melihat dari sisi teorinya.
Kalau di detailkan, apa sih sebenarnya state of the art dan gap teoritik itu? Saya memahaminya kira-kira seperti ini:
Menurut beliau bahwa state of the art adalah ujungnya ilmu pengetahuan. Seperti yang kita tahu, ilmu pengetahuan itu tidak statis. Ia mengalami perubahan dari waktu ke waktu, jadi dinamis. Dalam istilah yang pernah disinggung oleh Thomas Kuhn bahwa ilmu pengetahuan itu bersifat revolusioner dari satu pradigma ke paradigma baru. Nah, state of the art ini adalah fokusnya pada apa yang paling terbaru dari sebuah teori yang ada. Biasanya di jurnal-jurnal akan ditemukan state of the art dari sebuah ilmu pengetahuan yang paling mutakhir. Oleh karenanya penting sekali membaca jurnal untuk mengikuti trend atau perkembangan terbaru dari sebuah ilmu pengetahuan.
Lantas, apa itu gap teoritik? Nah, gap teoritik adalah perbedaan atau jeda yang terjadi antara state of the art dengan empiris atau fenomena yang terjadi dilapangan. Ini bisa dilihat setelah melakukan perbandingan di antara keduanya. Jika terjadi keraguan, maka perlu menguji yang dilanjutkan misalnya dengan cara melakukan metode penelitian survey (survey research methods). Penelitian ini apa yang disebut dengan peneltian kuantitatif. Logika berpikirnya adalah deduksi. Lain lagi dengan qualitative research methods, maka tidak ada teori ketika akan terjun dilapangan. Teori hanya sebagai pembanding agar tetap dalam koridor penelitian. Logika berpikirnyapun secara induksi. Bagaimana seandainya teori tidak lengkap? Maka bisa menggunakan modifikasi teori yang dikenal dengan penelitian studi kasus (case study). Salah satu buku rekomendasinya adalah yang ditulis oleh R.K.Yin.
Jika digambaran antara state of the art dan gap terotik dalam penelitian ilmiah kira-kira seperti ini:
State of the Art dan Gap Teoritik |
Tinjauan pustaka menjadi penting untuk melihat sejauh mana ilmu pengetahuan telah berkembang hingga yang paling terbaru itu ada. Umumnya bisa dengan melihat penelitian-penelitian terdahulu misalnya dengan membaca jurnal-jurnal. Jadi, dengan kata lain tinjauan pustaka itu berfungsi bukan hanya untuk melihat perbedaan dengan penelitian yang akan kita lakukan. Namun demikian, itu bermanfaat untuk melihat perkembangan ilmu pengetahuan tahap demi tahap sehingga terlihat alur proses perkembangannya. Biasanya untuk mempermudah dibuat tabel dari tahun ke tahun perkembangan dari ilmu pengetahuan tersebut berdasarkan dengan subjek ilmunya.
Nah, kira-kira seperti itulah pentingnya state of the art dan gap teoritik dalam sebuah penelitian ilmiah. Jika ada yang dirasa keliru dengan pemahaman saya, mohon kiranya kawan-kawan bisa memberikan masukan melalui kotak komentar dibawah atau bisa via email sehingga nanti bisa saya update secepatnya.
Salam,
Pustakawan Blogger
Nice gan..
BalasHapusSOTA dan Gap TEoritik...walaua agak terlambat moga kesempatan waktuku di akademisi masih ada.
Setelah itu sy mau ke Total Blogger..
Thanks
Tride: sama-sama.Semoga bermanfaat. Salam kenal kang
BalasHapusTerima kasih sudah berbagi ilmu, sangat bermanfaat! semoga berkah ilmunya bang.
BalasHapusDwi Andri: Sama-sama. Amin. Sukses selalu.
BalasHapusTrmk Pak pencerahannya
BalasHapusAlfiandra: sama-sama
BalasHapus