Max Horkheimer: Profil Singkat dan Pemikirannya

Max Horkheimer
Tulisan ini sebenarnya tugas harian dari mata kuliahku, yakni teori sosial kritis dan teori media. Saya berikan judul "Max Horkheimer: Profil Singkat dan Pemikirannya". Kebetulan dua mata kuliah tersebut ada yang berkaitan erat dengan satu pokok bahasan. Untuk teori sosial kritis sangat jelas, Max Horkheimer adalah salah satu tokoh pertama penganut aliran kritis mazhab Frankfurt selain daripada Theodor Adorno. Sedangkan untuk terori media menyinggung tentang industri budaya massa. Salah satu tulisannya yang terkenal dan ditulis bersama Theodor Adorno adalah  The Culture Industry: Enlightenment as Mass Deception (Industri Budaya-Pencerahan Sebagai Pembohong Massal).

Profil Singkat Max Horkheimer 
Max Horkheimer adalah seorang filsuf Jerman keturunan Yahudi. Ia adalah seorang filsuf generasi pertama dari Mazhab Frankfurt. Lahir di Stuttgart pada tanggal 14 Februari 1895. Max meninggal pada usia 78 tahun atau tepatnya pada tanggal 7 Juli 1973.

Max pernah menjadi guru besar di Universitas Frankfurt dan semakin mendalami filsafat Kant dan Hegel. Pada tahun 1931, Max diangkat  sebagai direktur baru Sekolah Frankfurt menggantikan pendahulunya Carl Grunberg. Pada kepemimpinanya inilah sekolah Frankfurt mengalami zaman keemasan.

Saat Nazi berkuasa yang memusuhi orang-orang Yahudi juga paham komunis dan sosialis, Sekolah Frankfurt yang banyak beranggotakan orang-orang Yahudi berimigrasi ke Amerika. Di negara tersebut Sekolah Frankfurt berafiliasi dengan Universitas Columbia. Setelah kekalahan Jerman dalam Perang Dunia II, Sekolah Frankfurt kembali dibuka di Jerman.

Tulisan Max Horkheimer 
Tulisan Max Horkheimer ada yang ditulis sendiri juga ada yang ditulis bersama rekannya yaitu Theodor Adorno. Salah satu bukunya yang tekenal dan ditulis bersama rekannya itu adalah Dialectic of Enlightenment: Philosophical Fragments. Buku tersebut pertama kali diterbitkan pada tahun 1947.

Di dalam buku yang berjudul Dialectic of Enlightenment: Philosophical Fragments ada satu tulisan yang mengulas secara khusus tentang industri budaya yang berjudul The Culture Industry: Enlightenment as Mass Deception (Industri Budaya-Pencerahan Sebagai Pembohong Massal). Kritik penting yang ditawarkan dari pemikiran kedua tokoh penganut aliran kritis mazhab Frankfurt tersebut bahwa kehadiran media massa dan kemajuan teknologi yang dibalut kapitalisme adalah dasar tumbuhnya industri budaya yang dikomersialisasi dengan tujuan semata-semata hanya untuk mencari keuntungan yang sebesar-besarnya oleh para pemilik modal (kapitalis).

Keuntungan besar ini adalah salah satu penggerak adanya budaya massa hingga memproduksi produk budaya secara masif. Mereka berdalih atas nama pencerahan dan ekspresi kebebasan dengan alasan untuk kebutuhan  masyarakat. Namun, sebenarnya hanyalah sebuah ilusi, manipulasi belaka. Ciri dari industri budaya yang dikomersialisasi adalah adanya sistem komodifikasi dengan standarisasi tertentu. Adorno dan Horkheimer mengatakan bahwa film, radio dan majalah  menciptakan suatu sistem yang seragam secara keseluruhan untuk semua bagian. Lebih lanjut kedua tokoh tersebut mengatakan bahwa “the result is the circle of manipulation and retroactive need in which the unity of the system grows ever stronger” (2002: 95).

Beberapa tulisan lainya dari Max Horkheimer adalah sebagai berikut:
  • The Present Situation of Social Philosophy and the Tasks of an Institute for Social Research
  • The Social Function of Philosophy
  • Theism and Atheism
  • Feudal Lord, Customer, and Specialist 

Pemikiran: Teori Tradisional dan Teori Kritis
Pada tahun 1937 Max Horkheimer menulis sebuah gagasan pemikirannya tentang teori tradisional yang bersifat kontemplatif dan teori kritis. Untuk memahami teori tradisional Horkheimer, maka bisa diawali dengan sebuah pertanyaan mengapa seseorang itu merumuskan sebuah teori? Salah satu tujuannya adalah untuk memberikan pengertian atau dalam bahas Jerman disebut Aufklarung (pencerahan). Menurut Horkheimer, teori adalah sebuah cahaya kebenaran yang membebaskan manusia dari prasangka, kepercayaan yang tidak dapat dipertanggungjawabkan, takhayul, penipuan dan kebohongan (Franz Magnis Suseno, 2005:150).

Dengan pembebasan itu, maka manusia bisa lebih otonom yang pada akhirnya akan bisa mengambil keputusan untuk kehidupannya. Namun demikian, menurut Marx teori tradisional dengan tujuan pembebasan itu justru tidak berhasil karena teori-teori itu hanya mengubah pengertian tentang realitas, akan tetapi tidak mengubah realitas itu sendiri. Oleh karenanya teori tradisional lebih bersifat kontemplasi, hanya bisa merenung dan memandang tetapi tidak bisa merubah dengan apa yang menjadi renungan atau yang sedang dipandang itu.

Sedangkan pada teori kritis lebih bersifat refleksif. Artinya teori itu tidak langsung mengenai salah satu masalah, melainkan dalam menangani suatu masalah itu ia menyadari dirinya sendiri, ia merefleksikan perannya sebagai teori sehingga teori kritis itu menjadi praktis yang mempunyai dampak pada perubahan realitas sebagai teori. Disi lain,  teori kritis mengambil dialektika atau paham kritik dalam artian teori bisa menjadi kritis itu  dengan cara menjelaskan realitas apa adanya sehingga akan terlihat kepalsuan ataupun kebohongannya secara negatif.

Daftar Pustaka
  • Horkheimer, Max, Adorno, Theodor W, 2002, Dialectic of Enlightenment: Philosophical Fragments, USA: Stanford University Press.
  • Suseno, Magnis Franz, 2005, Pijar-Pijar Flsafat: Dari Gatholoco ke Filsafat Perempuan, Dari Adam Müller ke Postmodernisme, Yogyakarta: Kanisius.
  • www.marxist.org,  diakses pada tanggal 5 Oktober 2015
  • www.wikipedia.org, diakses pada tanggal 5 Oktober 2015

Komentar