Strategi Temanku PNS Yang Ditolak Mutasi
Pagi ini saya bertemu dengan seorang teman PNS di commuter line. Turun di Stasiun Tanah Abang, sayapun membincangkan tentang bagaimana strateginya ketika sudah ditolak mutasi. Temanku ternyata mempunyai perencanaan bahwa dia akan berhenti sementara dulu dikantornya. Caranya dengan dua jalan. Pertama, dengan mengajukan cuti diluar tanggungan negara (CLTN). Ia berencana akan mengirimkan suratnya dalam waktu dekat ini. Satu alasan ketika mengajukan CLTN ini adalah akan aktif di organisasi partai, sehingga diharapakan akan mendapat lampu hijau dengan kata lain dapat disetujui. Sedangkan yang kedua adalah dengan cara mengikuti studi lanjut ke jenjang yang lebih tinggi misalnya mengambil beasiswa S2, baik didalam negeri maupun di luar negeri. Namun, dengan catatan beasiswa yang akan diambil harus mencari sendiri dari luar bukan tawaran dari dalam instansi sehingga tidak terikat oleh kantor.
Beasiswa yang dicari dari luar kantor ini dengan tujuan agar ketika mau mutasi tidak merasa terbebani. Belum lagi, jika seandainya ada tawaran kerja dari luar negeri yang lebih bagus, maka tidak ada ikatan dari kantor yang tidak boleh pindah atau resign PNS selama kurun waktu 6 tahun. Jika ini tetap dilakukan, pastinya harus mengembalikan uang beasiswa tersebut ke kas negara.
Sayapun bertanya kepada temanku, kenapa tidak langsung resign saja? Kan bisa cari yang lebih baik? Dia hanya menjawab, pasti suatu saat akan dilakukan. Akan tetapi, itu bisa terlaksana apabila sudah jelas mendapatkan yang lebih baik. Saya tidak tahu aktivias diluar kantornya, apakah temanku ini mempunyai bisnis atau tidak. Yang jelas dia akan berani resign PNS ketika didepan mata sudah ada yang lebih baik dan sudah ada ditangan. Pada prinsipnya, temanku ini sama dengan sepertiku yang masih menjadi seorang amfibi, dimana faktor safety alias "jaga-jaga" masih diutamakan.
Tidak Berkembang
Tiga alasan kenapa dahulu saya mengajukan mutasi PNS. Pertama, alasan keluarga. Kedua, meningkatkan jenjang karir, dan ketiga agar saya bisa berkembang. Sayapun iseng-iseng bertanya kepada temanku lagi, mengapa ia ingin mutasi? Ia beralasan agar bisa mengembangkan diri. Rupanya sama persis seperti alasanku yang ketiga tersebut. Utamanya ilmu yang ia dapatkan ketika kuliah dulu dapat diimplementasikan dalam dunia kerjanya. Pendek kata, ia ingin menjadi pegawai yang dapat terus maju dan lingkungan kerjanya juga dapat mendukung dalam peningkatan kompetensinya. Jadi, selain ada jenjang karir yang jelas, juga keilmuannya dapat terus ditingkatkan.
Temanku juga berdalih selama ia menetap di kantor lamanya, maka tidak akan bisa berkembang. Ia merasa menjadi pegawai yang pasif dan membosankan. Bukan hanya pada dirinya, ia melihat teman-temanya yang memiliki pendidikan tinggipun ditempatkan pada bidang yang tidak sesuai keilmuannya. Pada akhirnya inilah yang menyebabkan puncak keinginan mutasi temanku itu.
"Dapat dibayangkan gimana rasanya, sudah menuntut ilmu jauh-jauh diluar negeri dengan jurusan yang dibutuhkan dikantornya, eh malah kerjanya justru disibukan dengan yang namanya ngurus-ngurus SPJ", Kata temanku menutup pembicaraan pagi tadi.
"Oh ya, ya," jawabku sambil mengangguk-anggukan kepala.
Nah, teman-temanku PNS yang pernah mengajukan mutasi namun gagal, apakah punya cerita lain? Kira-kira strategi apa yang dipakai ketika ditolak mutasi? Boleh donk dituliskan pengalamannya pada kolom komentar blogku ini.
Salam pustakawan blogger
Beasiswa yang dicari dari luar kantor ini dengan tujuan agar ketika mau mutasi tidak merasa terbebani. Belum lagi, jika seandainya ada tawaran kerja dari luar negeri yang lebih bagus, maka tidak ada ikatan dari kantor yang tidak boleh pindah atau resign PNS selama kurun waktu 6 tahun. Jika ini tetap dilakukan, pastinya harus mengembalikan uang beasiswa tersebut ke kas negara.
Sayapun bertanya kepada temanku, kenapa tidak langsung resign saja? Kan bisa cari yang lebih baik? Dia hanya menjawab, pasti suatu saat akan dilakukan. Akan tetapi, itu bisa terlaksana apabila sudah jelas mendapatkan yang lebih baik. Saya tidak tahu aktivias diluar kantornya, apakah temanku ini mempunyai bisnis atau tidak. Yang jelas dia akan berani resign PNS ketika didepan mata sudah ada yang lebih baik dan sudah ada ditangan. Pada prinsipnya, temanku ini sama dengan sepertiku yang masih menjadi seorang amfibi, dimana faktor safety alias "jaga-jaga" masih diutamakan.
Tidak Berkembang
Tiga alasan kenapa dahulu saya mengajukan mutasi PNS. Pertama, alasan keluarga. Kedua, meningkatkan jenjang karir, dan ketiga agar saya bisa berkembang. Sayapun iseng-iseng bertanya kepada temanku lagi, mengapa ia ingin mutasi? Ia beralasan agar bisa mengembangkan diri. Rupanya sama persis seperti alasanku yang ketiga tersebut. Utamanya ilmu yang ia dapatkan ketika kuliah dulu dapat diimplementasikan dalam dunia kerjanya. Pendek kata, ia ingin menjadi pegawai yang dapat terus maju dan lingkungan kerjanya juga dapat mendukung dalam peningkatan kompetensinya. Jadi, selain ada jenjang karir yang jelas, juga keilmuannya dapat terus ditingkatkan.
Temanku juga berdalih selama ia menetap di kantor lamanya, maka tidak akan bisa berkembang. Ia merasa menjadi pegawai yang pasif dan membosankan. Bukan hanya pada dirinya, ia melihat teman-temanya yang memiliki pendidikan tinggipun ditempatkan pada bidang yang tidak sesuai keilmuannya. Pada akhirnya inilah yang menyebabkan puncak keinginan mutasi temanku itu.
"Dapat dibayangkan gimana rasanya, sudah menuntut ilmu jauh-jauh diluar negeri dengan jurusan yang dibutuhkan dikantornya, eh malah kerjanya justru disibukan dengan yang namanya ngurus-ngurus SPJ", Kata temanku menutup pembicaraan pagi tadi.
"Oh ya, ya," jawabku sambil mengangguk-anggukan kepala.
Nah, teman-temanku PNS yang pernah mengajukan mutasi namun gagal, apakah punya cerita lain? Kira-kira strategi apa yang dipakai ketika ditolak mutasi? Boleh donk dituliskan pengalamannya pada kolom komentar blogku ini.
Salam pustakawan blogger
Posting Komentar untuk "Strategi Temanku PNS Yang Ditolak Mutasi "