Memaknai Hari Kemerdekaan Yang Sebenarnya

Selamat HUT Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke 70. Semoga Negara Indonesia terus maju, makmur, dan sejahtera. Amin.

Di hari yang paling bersejarah bagi rakyat Indonesia ini, saya jadi teringat dengan perayaan-perayaan yang biasa dilakukan oleh sebagian masyarakat kita.

Apa itu?

Upacara
Lomba-lomba

Ya, dua itulah yang paling menempel di otak saya dari kecil hingga sekarang. Untuk upacara, para anak-anak sekolah wajib hukumnya. Berpanas-panas ria.

Sedangkan lomba-lomba, tiga hal yang selalu ada untuk diperlombakan. Apa itu? Balap makan kerupuk, panjat pinang, dan balap karung. Lomba lainya memang masih banyak seperti tarik tambang, balap kelereng di sendok, memasukan paku di botol, dan lain sebaginya. Namun, tiga lomba yang telah disebutkan diatas dapat dipastikan akan selalu ada.
lomba balap makan kerupuk
Lomba balap makan kerupuk - 17 Agustus 2015
Boleh Saja
Pelaksanaan upacara dan meriahnya lomba-lomba boleh saja dilakukan. Tapi ingat! Ada yang sejatinya lebih penting diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari ketika memaknai hari kemerdekaan ini. Apa itu? Sudahkah kita menjalin hubungan baik dengan empat hal berikut:

Sang Pencipta
Manusia
Alam
Hewan

Dengan sang pencipta, inilah makna kemerdekaan yang sesungguhnya. Anda bebas, kapan saja, meminta pertolongan kepada-Nya tanpa ada batas. Namun, sudahkah kita melakukanya??? Sudahkah kita hanya bertauhid kepadanya tanpa menyekutukan-Nya???

Dengan sesama manusia, dapatkah menjadi orang yang bermanfaat bagi sesamanya karena inilah hakekat hidup yang sebenarnya. Menyalakan musik keras-keras dan membakar sampah hingga asapnya berpotensi dapat menganggu tetangga, apakah ini bisa dikategorikan sebagai orang yang sudah merdeka? Jelas belum. Contoh sederhana itu hendaknya menjadi renungan buat kita bahwa merdeka itu dibatasi oleh kebebasan orang lain. Hati-hati...

Dengan alam, sudahkah kita memerdekakan mereka tumbuh-tumbuhan? Memelihara dengan baik, merawat, tidak merusak.

Dengan hewan tertentu, sudahkah kita menjaga mereka. Tidak menggangunya. Memperlakukan mereka dengan selayaknya.

Akhlak
Kemerdekaan itu bukan hanya sekedar upacara menghormati jasa-jasa pahlawan terdahulu. Bukan hanya dimeriahkan lomba-lomba dengan hadiah yang super wah. Bagi saya, makna kemerdekaan yang sebenarnya tercerminkan dalam tingkah laku seseorang dalam kehidupannya sehari-hari.

Apa itu?

Akhlak yang baik. Inilah yang kita harus camkan.

Barangkali hadist yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah berikut ini dapat menjadi pengingat kita, bahwa sejatinya sebagai kaum muslimin harus mengkedepankan akhlak.
“Sungguh aku diutus menjadi Rasul tidak lain adalah untuk menyempurnakan akhlak yang saleh (baik).”
Jika akhlak yang baik ini dapat dimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari entah kepada Allah, SWT, manusia, alam dan hewan, saya yakin tidak akan ada lagi negara kita ini dilanda korupsi, penuh kebohongan, politik jahat, caci maki,  fitnah, dan sejenisnya. Semuanya bahu-membahu membangun negara tercinta ini dengan ikhlas sesuai kapasitasnya.  Itulah makna merdeka yang sebenarnya.

"Bahu-membahu membangun negara tercinta ini dengan ikhlas sesusai kapasitasnya".

Siap???

Salam,
Pustakwan blogger

Komentar