Sejarah Tradisi Tulis: Dari Masa ke Masa

Menulis adalah sebuah proses kreatif dari seseorang untuk menuangkan ide, gagasan atau pemikirannya ke sebuah media. Ketika tradisi menulis berakar kuat di masyarakat, maka dapat dipastikan hal tersebut merupakan cerminan peradaban manusia yang berpikir maju. Melalui sebuah tulisan yang terdahulu kita bisa mengetahui keadaan yang terjadi di masa lampau misalnya dalam bentuk sejarah. Di sisi lain adanya tradisi tulis-menulis ini dapat menyebarkan ilmu pengetahuan atau informasi dengan mudah dan masif. Hal tersebut bisa terjadi karena adanya dukungan penemuan-penemuan teknologi terbaru yang terus berkembang. Pada akhirnya, kumpulan goresan dari hasil pemikiran itu dapat dijadikan warisan anak manusia dimasa yang akan datang sebagai budaya yang tak ternilai harganya.
Sejarah Tradisi Tulis Menulis: Dari Tahun Ke Tahun
Pra Aksara 
Sejarah tradisi tulis tentunya terjadi setelah zaman pra aksara yaitu zaman dimana manusia belum mengenal tulisan. Biasanya sumber informasi yang didapatkan dari zaman ini adalah melalui artefak atau fosil. Jika di telusuri, tradisi tulis - menulis dalam kehidupan ini ternyata mengalami perjalanan yang cukup panjang dan setiap wilayah akan memiliki perbedaan tergantung kondisi yang terjadi saat itu. Namun demikian jika diruntut seperti ada korelasi yang saling berkaitan. Sejarah mencatat Bangsa Sumeria adalah salah satu bangsa tertua yang mengembangkan sebuah sistem tulisan berbentuk gambar. Disusul kemudian dengan Bangsa Mesir yang mengambangakan tulisan hieroglif.

Tradisi Tulis Dari Masa ke Masa
Kira-kira seperti apa ya sejarah tradisi tulis di dunia ini jika runtut dari awal mulanya ditemukan tulisan? Hal tersebut akan menjadi menarik apabila kita mengetahui perkembanganya dari masa ke masa. Berikut uraiannya yang saya ambil dari buku ensiklopedia umum untuk pelajar.
  • 3100 SM: Bangsa Sumeria mengembangkan sistem tulisan pertama yang menggunakan piktogram (tulisan gambar). Tulisan gambar Sumeria disebut cuneiform biasa digoreskan pada lempengan tanah liat.
  • 3000 SM: Bangsa Mesir mengembangkan hieroglif (tulisan gambar). Semula setiap benda dilambangkan dengan gambar, namun kemudian berubah menjadi lambang bunyi, Untuk mengeja kata digunakan kelompok "hieroglif bunyi".
  • 1800 SM: Tulisan Cina seperti yang digunakan sekarang ditemukan tertulis pada kulit kerang
  • 1000 SM: Bangsa Fenisia menciptakan abjad modern yang pertama
  • 800 SM: Bangsa Yunani Kuno mengadaptasi abjad bangsa Fenisia dan kemudian dikembangkan oleh bangsa Romawi menjadi abjad latin. Abjad Latin pertama menggunakan huruf besar (kapital). Bangsa Romawi Kuno menggunakan abjad sebagai lambang angka, misal X=10.
  • 105: Bangsa cina menemukan kertas
  • 114: Bangsa Romawi mengembangkan huruf kecil. Penggunaaan abjad latin meluas di hampir seluruh penjuru dunia
  • 683: Inskripsi Pertama Kerajaan Sriwijaya ditemukan. Inskripsi tertua di Nusantara ini ditulis dalam bahasa Melayu Kuno menggunakan abjad Pallawa yang berasal dari India.  
  • 1450: Johanes Gutenberg menemukan mesin cetak
  • 1844: Untuk pertama kalinya, manuskrip dalam bahasa Indonesia dipublikasikan ( Wiwaha Jarwa dan Hukum Jawa)
  • 1867: Christopher Latham Sholes dari Milwaukee, AS, menciptakan mesin tik pertama dengan bantuan Carlos Glidden dan Samuel W. Soule. Mereka mempatenkan ciptaanya pada 1868.
  • 1920: Mesin tik elektronik pertama muncul dipasaran.
  • 1939: John Atanasoff dari Amerika menciptakan komputer pertama
  • 1990: Komunikasi melalui internet mulai populer di dunia
Hendaknya kita bersyukur karena sekarang ini kita dapat dengan mudah menemukan dan membaca sebuah tulisan mulai dari yang berbentuk cetak seperti kertas hingga ke elektronik  misalnya melalui cd, dvd, flashdisk, hardisk komputer, internet dan lainya. Bandingkan dengan zaman dahulu begitu susahnya menulis dan menerbitkannya dikarenakan jumlah media yang masih terbatas dan bisa dibilang mahal misalnya seperti kulit, batu, daun lontar, pelapah kurma, dan lainya.
Referensi
Abdul Syukur, Ensiklopedia Umum Untuk Pelajar, Ichtiar Baru Van Hoeve, Jakarta , 2005.

Komentar