Selamat Hari Ibu: Hati-Hati Jangan Sampai Tertipu!
“Seseorang datang kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam dan berkata, ‘Wahai Rasulullah, kepada siapakah aku harus berbakti pertama kali?’ Nabi shalallaahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Ibumu!’ Dan orang tersebut kembali bertanya, ‘Kemudian siapa lagi?’ Nabi shalallaahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Ibumu!’ Orang tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi?’ Beliau menjawab, ‘Ibumu.’ Orang tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi,’ Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Kemudian ayahmu.’” (HR. Bukhari no. 5971 dan Muslim no. 2548)Selamat hari ibu buat Emaku. Saya memanggilnya dengan sebutan ema. Sebutan dari seorang anak petani yang tinggal dikampung kepada ibunya. Emaku seorang tradisional namun visoner yakni menjadikan anak-anaknya harus berilmu. Saya tahu persis bagaimana emaku mendidikku dengan cara-cara yang sederhana kepada anak-anaknya. Beliau tidak mempunyai pengetahuan khusus seperti ibu-ibu jaman sekarang tentang mendidik anak yang lebih kompleks dan beragam, juga belum banyak tersedia informasi tentang tips bagaimana idealnya mendidik anak agar sukses. Emaku juga tidak mewajibkanku agar kelak saya harus "menjadi" seperti keinginan orang pada umumnya. Emaku hanya menginginkan: "Aja Dadi Wong Goblog". Itu saja.
Mengapa emaku berprinsip demikian? karena beliau hanya mengandalkan satu keyakinan dan cara pandangnya terhadap pengalaman masa lalunya yang tidak mau kelak akan terjadi kepada anak-anaknya. Nasehat emaku yang selalu terngiang hingga sekarang adalah: "Sira kudu sekolah kamber aja dadi goblog kaya kita, baka dadi wong goblog kuh ko bisa gampang ketipu" (Kamu harus sekolah agar tidak bodoh biar seperti saya, kalau jadi orang bodoh itu nanti mudah tertipu). Ketika masih anak-anak, pikiran saya hanya menelan mentah-mentah dari nasehat emaku itu. Belakangan setelah saya renungkan perkataan emaku itu, pada hakekatnya mempunyai makna yang amat mendalam. Kurang lebih setelah 23 tahun itu saya bisa menemukan makna yang sesungguhnya ketika membaca buku Ihya Ulumuddin dari Imam Al-Ghazali. Ada dua kata kunci dari nasehat emaku yaitu kata 'bodoh' dan 'tertipu'. Apa makna yang tersirat dari nasehat emaku itu? berikut uraiannya yang saya dapatkan jawabannya dari buku sang Imam besar Al-Ghazali.
Jika Kamu Bodoh Maka Kamu Akan Tersesat
Saya membaca buku Ihya Ulumuddin ketika masih bekerja di Perpustakaan Umum Indramayu. Secara tidak sengaja saya menemukan buku itu ketika sedang mencari pencerahan tentang hakekat kematian. Di sana saya menemukan buku Ihya Ulumuddin yang kedua belas dengan pokok pembahasannya yaitu Tafakur, Mati dan Kejadian Setelahnya. Buku tersebut sebenarnya adalah buku satu kesatuan yang utuh namun oleh Penerbit Marja di terjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan dibagi menjadi 12 bagian buku. Jadi, ketika membacanya akan lebih mudah sehingga bisa dibawa kemana-mana kerena lebih kecil dan tidak terlalu tebal.Saya sendiri membacanya berulang-ulang ketika dalam perjalanan setiap hari sabtu dan minggu dari Indramayu ke Jakarta dengan Kereta Cirebon Ekspress.
Nah berawal dari buku yang kedua belas itulah akhirnya saya mencari buku Ihya Umuluddin yang seri-seri sebelumnya. Beruntung saat itu di Perpustakaan Indramayu semuanya tersedia dengan lengkap. Berikut detail buku tersebut:
- Buku Pertama Ihya Ulumuddin: Biografi Al-Ghazali, Keutamaan Ilmu dan Pokok-Pokok Iman
- Buku Kedua Ihya Ulumuddin: Rahasia-rahasia bersuci, Shalat, Zakat, Puasa & Haji
- Buku Ketiga Ihya Ulumuddin:Ibadah, Dzikir, Doa-Doa
- Buku Keempat Ihya Ulumuddin: Adab Makan, Mencari Nafkah, Nikah, halal-Haram, Kasih Sayang & Persaudaraan
- Buku Kelima Ihya Ulumuddin: Pergaulan, Uzlah, Safar, Amar Makruf Nahi Munkar, AKhlak Nabi
- Buku Keenam Ihya Ulumuddin: Keajaiban hati, Akhlak Yang Baik, Nafsu Makan & Syahwat, Bahasa Lidah
- Buku Ketujuh Ihya Ulumuddin: Marah, Denfan, Dengki, Keterkiatan Pada Dunia, Cinta Harta & Kekuasaan, Riya
- Buku Kedelapan Ihya Ulumuddin: Cinta Kekuasaan, Riya, Takabur, Ujub & Keterpedayaan
- Buku Kesembilan Ihya Ulumuddin: Tobat, Sabar, Syukur
- Buku Kesepuluh Ihya Ulumuddin: Takut & Harap, Faqir, Zuhud & Tawakal
- Buku Kesebelas Ihya Ulumuddin:Cinta dan Rindu, Niat, Al-MUqarrabah Dan Al-Muhassabah
- Buku Keduabelas Ihya Ulumuddin:Tafakur, Mati dan Kejadian Setelahnya
Dalam buku pertama itu di terangkan begitu detail oleh Imam Al-Ghazali tentang pondasi umat Islam dalam menuntut ilmu hingga ilmu-ilmu apa saja yang harus kita kuasai mengingat begitu luasnya ilmu milik Allah sedangkan hidup kita ini singkat. Karena begitu luasnya ilmu itu, seandainya manusia mempelajari satu surat dalam Al-Quran saja niscaya manusia tidak akan sanggup menguasainya hingga ajal menjemput. Oleh karena itu dalam buku tersebut dijelaskan bahwa menuntut ilmu harus mendahulukan yang pokok dan penting terutama kaitannya untuk kehidupan yang akan datang yaitu kehidupan setelah kematian. Inilah mengapa saya teringat dengan pesan emaku agar supaya jangan jadi orang bodoh dan tersesat. Karena nasehat dari perkataan ema itu saya yakin berasal dari keutamaan menuntut ilmu yang diwajibkan dalam Islam. Jika saya terjemahkan dalam bahasa yang sederhana adalah: "Jika Kamu Bodoh Maka Kamu Akan Tersesat". Sedangkan makhluk yang sangat gencar untuk menyesatkan manusia adalah Setan. Perlu diketahui pembahasan mengenai keutamaan ilmu tidak hanya menyangkut ilmu agama saja, melainkan ilmu yang bersifat duniawi. Bagi yang belum membaca silahkan baca sendiri lebih detail tentang Keutamaan menuntut Ilmu pada buku pertama tersebut.
Jika Kamu Tersesat Maka Kamu Telah Tertipu
Orang bodoh itu akan mudah tersesat dan orang yang tersesat berarti dia telah tertipu. Emaku sudah mewanti-wanti akan hal itu. Oleh sebab itu tidak bosan-bosannya beliau selalu mengingatkan kepadaku agar jangan menjadi orang malas dalam menuntut ilmu karena kesuksesan hidup yang hakiki bagi manusia itu diawali dari rasa haus akan menuntut ilmu lantas kemudian mengamalkannya dalam kehidupan. Nasehat emak yang secara tidak langsung agar berhati-hati terhadap tipu daya setan yang menyesatkan sehingga menjerumuskan manusia dalam jurang kehancuran. Kebodohan adalah senjata dan lahan subur bagi setan
untuk memberi janji-janji kepada manusia (media.isnet.org), utamanya kesesatan.
Setan selalu memberi janji-janji kepada mereka, dan membangkitkan angan-angan kosong pada mereka, padahal setan tidak menjanjikan kepada mereka selain tipuan belaka (QS Al-Nisa' [4]: 120).Dalam buku Ihya Ulumuddin diatas kiranya dapat menjadi salah satu buku yang perlu dibaca berulang-ulang setelah Al-Quran dan Hadist. Jujur saya akui, buku yang ditulis Imam Al-Ghazali ini sangat mudah sekali dibaca oleh orang-orang awam bahkan bagi para mualaf sekalipun.
Semoga saya selalu bisa mengingat dan menjalankan nasehat ema untuk mejalani kehidupan ini. Selamat Hari Ibu khususnya buat emaku. Terima kasih telah membimbing dan memberikan pendidikan agar terhindar dari kebodohan yang dapat berpeluang pada kesesatan sehingga bisa termasuk dalam orang-orang yang tertipu.
Pamulang, 22 Desember 2013
Posting Komentar untuk "Selamat Hari Ibu: Hati-Hati Jangan Sampai Tertipu!"