Tidak Dendam, Malah Saya Doakan

Saat ini lagi booming berita terkait guru yang meninggal akibat dipukul siswanya. Peristiwa itu menjadi viral di media sosial. Atas peristiwa tersebut, tentunya banyak beragam komentar. Saya sendiri, tidak akan membahas itu. Saya hanya berdo'a semoga sang guru yang meninggal diterima amal baiknya dan keluarga yang ditinggalkan diberikan kesabaran. Peristiwa seperti ini semoga tidak terulang kembali untuk masa-masa yang akan datang.

Terkait hal itu, saya hanya ingin bercerita beberapa kisah ketika saya mendapat hukuman dari para guru-guru saya dulu. Tentu ini bukan bertujuan membandingkan zaman dahulu saya kecil dengan sekarang. Ini hanyalah tulisan sebagai pengingat bahwa sejatinya tingkah laku seorang anak itu dipengaruhi oleh lingkungan keluarga dan pergaulan. Seperti apa tingkah laku seorang anak di sekolah? Bagaimana dia membina hubungan baik dengan guru-gurunya? Apa yang dilakukan anak ketika mendapat masalah di sekolah? Tentunya, semua itu sangat bergantung pada peran keluarga, yakni didikan dari ibu dan bapaknya.

Keluarga

Ada beberapa peristiwa yang pernah saya alami ketika dulu masih kecil, saat menimba ilmu di sekolah. Pertama, ketika sekolah madrasah, saya bersama teman sebangku pernah dilempar penghapus. Untungnya penghapus itu hanya mengenai tembok. Penyebabnya adalah ngobrol dan tertawa ketika sang ustaz sedang memberikan pelajaran.

Kedua, masih di madrasah, saya pernah dihukum berdiri didepan kelas kaki satu karena ada tugas hapalan salah satu surat Juz Amma. Tapi saya belum hapal, jadilah sang ustaz memberi bonus itu.

Ketiga, pas SMP pernah dihukum lari keliling lapangan gara-gara terlambat pelajaran penjaskes. Sang guru kendati wali kelas, tetap menghukum saya agar lari keliling lapangan sepak bola sampai lima kali.

Keempat, masih pada saat SMP juga, telinga dijewer gara-gara celana melebihi dengkul. Alhasil celana digunting vertikal. Suruh dipendekin.

Kelima, masa SMA pernah dipilis cabang rambut telinga, gara-gara baju dikeluarin.
Baca Juga: Selamat Hari Guru: Puisi Untuk Guruku
Dari semua peristiwa itu, saya tidak pernah cerita ke orang tua. Kalau pun cerita, pastinya justru saya akan dimarahin. Pernah suatu hari saya iseng, saya ngomong di strap guru. Saya dimarahin habis-habisan. Makanya, kata emak berapi-api, "yang nurut sama guru."

Atas semua kejadian itu, jujur saya tidak DENDAM kepada guru yang telah menghukum saya. Tak elok, bila saya dendam dengan orang yang telah berjasa mendidik saya hingga seperti sekarang ini. Justru saya mendoakan semua guru-guru saya yang masih hidup semoga selalu diberikan kesehatan. Untuk guru-guru yang sudah meninggal semoga diterima semua amal baiknya oleh Allah, SWT. Semoga ilmu yang sudah disebarkan menjadi amal jariyah. Amin..

Terima Kasih EMAK....

Salam,
Pustakawan Blogger

Komentar