Knowledge Sharing Kepustakawanan Forum Perpusdokinfo LPNK Ristek

Barusan tadi siang saya menghadiri acara Seminar dan Knowledge Sharing Kepustakawanan yang diselenggarakan oleh Forum Perpusdokinfo LPNK Ristek. Acara ini sebenarnya sudah rutin dilakukan oleh Forum Perpusdokinfo LPNK Ristek yang saat ini sebagai koordinatornya masih dibawah BSN (Badan Standarisasi Nasional).
Knowledge Sharing Kepustakawanan Forum Perpusdokinfo LPNK Ristek
Dok. Forum Perpusdokinfo LPNK Ristek
Lokasi yang dijadikan tempat untuk acara tersebut adalah di Puspitek Serpong BATAN. Kebetulan sebagai penyelenggaranya adalah Perpustakaan BATAN. Hadir sebagai keynote speech dari BSN, Kepala Pusat Informasi dan Dokumentasi Standarisasi, Pak Y.Kristioanto Widiwardono yang membawakan tema Sistem Standarisasi dan Penilaian Kesesuaian. 

Selain keynote speech, beberapa makalah juga diseminarkan diantaranya dari BATAN (Ibu Noer'Aida) yang berjudul Penerapan SNI 7496:2009 di Perpustakaan PPIKSN BATAN, BSN (Ibu Erni Sumarni) yang berjudul  Penyiapan Informasi Sekunder Berdasarkan SNI 19-4192-2002, Dokumentasi - Abstrak untuk dokumentasi dan publikasi dalam rangka pemberian layanan cepat dan saya sendiri dari BAPETEN yang mengambil judul Manajemen Perpustakaan BAPETEN Berdasarkan SNI 7496:2009. Materi PPT keynote speech dan beberapa PPT makalah bisa di unduh disini.

Makalah Knowledge Sharing Kepustakawanan 

Knowledge sharing kepustakawanan yang saya bagi di acara tersebut berkenaan dengan manajemen Perpustakaan ditempat saya bekerja itu, selama ini apakah sudah memenuhi SNI 7496:2009 atau belum? SNI 7496:2009 adalah Standar Nasional Indonesia tentang Perpustakaan Khusus Instansi Pemerintah.

Perpustakaan saya sendiri termasuk perpustakaan khusus pemerintah yang berkaitan dengan subyek ketenaganukliran. Makalah yang saya buat ini sebenarnya hanyalah kajian sederhana. Saya menuliskan secara deskriptif delapan faktor dalam manajemen berdasarkan SNI 7496:2009. Delapan faktor tersebut meliputi koleksi, pengorganisasian materi perpustakaan, sumber daya manusia, layanan perpustakaan, organisasi perpustakaan, gedung, anggaran, dan TIK (teknologi informasi dan komunikasi). Praktik selama ini yang sudah dilakukan di Perpustakaan BAPETEN, lalu saya analisis dengan standar tersebut.
Saya sedang menjawab pertanyaan
Dok. Forum Perpusdokinfo LPNK Ristek
Data saya peroleh melalui wawancara tak terstruktur dan dokumen. Untuk pengertian manajemen dan sumber daya sendiri, saya ambil pada pengertian di KBBI daring. Sengaja saya ambil yang praktis-praktis saja. Sedangkan untuk informannya adalah kepala perpustakaan, 1 pustakawan dan 1 staf.
Baca Juga: Pengertian dan Fungsi Manajemen Sumber daya Manusia (MSDM)
Hasil kajian ini secara keseluruhan dari delapan faktor tersebut, masih ada dua yang belum memenuhi standar yaitu koleksi dan kepala perpustakaan yang belum mengikuti diklat penyetaraan kepustakawanan. Nah, untuk makalah lengkapnya bisa dibaca sendiri atau unduh disini ya:


Perlu diketahui pemanfaatan standar ini bukanlah suatu hal yang wajib, namun hanya sebagai indikator minimum untuk penyelenggaraan layanan suatu perpustakaan yang ada di perpustakaan khusus pemerintah.

Pertanyaan Peserta

Beberapa pertanyaan dari para peserta yang hadir yang ditujukan kepada saya adalah sebagai berikut:
Ambar dari BSN
  1. Apakah Perpustakaan BAPETEN sudah menjalankan fungsi referal dalam praktiknya sehari-hari khususnya sebagai perpustakaan khusus dengan subyek ketenaganukliran?
  2. Apakah ada tumpang tindih tugas di unit kerja lain BAPETEN ketika memberikan pelayanan terkait informasi ketenaganukliran dan bagaimana mengkoordinasikannya?
Jawab:
  1. Belum sepenuhnya
  2. Tidak ada tumpang tindih. Kalaupun ada, secara khusus tentang peraturan ketenaganukliran yang sudah ada websitenya sendiri yaitu JDIH BAPETEN khusus terkait peraturan ketenaganukliran
Aang dari Kementerian Dalam Negeri
  1. Bagaimana cara mengukur tingkat kepuasan layanan di Perpustakaan BAPETEN?
  2. Adakah pemeliharaan koleksi?
  3. Bagaimana statistik koleksi pertahun? 
Jawab:
  1. Belum pernah melakukan kajian tentang itu. Kalaupun ada hanya bersifat lisan dan personal misalnya mengucapkan terima kasih ketika saya bantu mencarikan referensi
  2. Ada, pemeliharaan koleksi berupa fisik seperti pada umumnya misalnya pemberian kapur barus, fumigasi. Untuk yang digital, biasanya terkait maintenance itu sudah ada bagian IT tersendiri
  3. Sebenarnya ada pak di makalah. Di PPT saya hanya memfokuskan pada tiga temuan tadi yaitu persentase subyek, majalah yang dilanggan dan penambahan judul 
Nur dari Kementerian Sosial
  1. Apakah sudah bisa masuk dalam akreditasi?
Jawab:
  1. Jujur sampai sekarang belum saya lakukan untuk akreditasi
Heba dari BATAN
  1. Mengapa menggunakan DDC? Apa alasanya? Biasanya perpustakaan khusus menggunakan UDC yang lebih spesifik klasifikasi keilmuannya.
Jawab:
  1. Jujur dari pertama perpustakaan ini ada sudah menggunakan DDC, jadi saya tinggal melanjutkan. Tapi menurut saya pribadi subyek pembagian keilmuan selama ini masih bisa tercover dengan DDC. Disisi lain, saya tidak terlalu harus memenuhi pakem, selama itu masih bisa dimanfaatkan untuk pengelolaan, yang penting ketika ada pemustaka mencari itu ketemu. Apalagi pemustaka tidak akan melihat call number. Mereka akan lebih melihat kata kunci yang dicari berdasarkan subyek. 
Salam,
#PustakawanBloggerIndonesia

Komentar