Masjid Sebagai Daya Dukung Dalam Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia

Tulisan ini sebenarnya sudah saya tulis lama, bulan ramadhan lalu yang saya draft, eh baru sekarang saya ingat belum diposting. Itu juga karena setelah saya melihat draft diblog saya yang berjumlah lebih dari 90 tulisan (he..2). Saya juga baru ingat karena barusan mendengarkan dan menonton video ceramah Ustadz Abdul Somad di Masjid Raya Bintaro Jaya, Tangerang Selatan, tanggal 29 September 2017. Temanya "Bagaimana Masjid Menjadi sumber Inspirasi Anak Muda Kebangkitan Dari Masjid".

Di tulisan ini saya juga berencana akan menuliskan hasil mengikuti acara bedah bukunya. Semoga saja catatannya gak hilang. Tulisan ini saya beri judul : "Masjid Sebagai Daya Dukung Dalam Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia." Ya, walaupun terlambat akibat lupa, tak mengapa, yang penting masih bisa diposting untuk dibaca. Semoga bermanfaat.

Dua hari yang lalu, saya menghadiri acara bedah buku yang diselenggakan oleh Masjid Al-Hidayah Pamulang, sekitar jam 16.00 WIB. Buku yang dibedah berjudul 10 Bersaudara Bintang Al Qur’an (Kisah Nyata Membesarkan Anak Menjadi Hafiz al-Quran dan Berprestasi). Kebetulan yang menjadi salah satu penulisnya datang langsung sebagai pembicara.

Bedah buku di Masjid Al-Hidayah Pamulang

Buku itu sebenarnya sudah lama terbit sekitar tahun 2009-an. Tapi, mungkin karena pertama isinya yang sangat masih relevan dimana buku tersebut cocok dibaca oleh para orang tua yang ingin mendidik anaknya menjadi anak sholeh/sholehah yang sukses dalam artian mampu menghapal Al-Qur'an. Kedua, karena bertepatan dengan menyambut bulan ramadhan datang dan secara kebetulan sebagai penyelenggara acara tersebut adalah masjid,  maka buku bertema Islami itu kendati terbit sudah lama, namun dirasa masih bermanfaat untuk saat-saat sekarang bahkan untuk yang akan datang.

Insya Allah, untuk hasil bedah bukunya akan saya tuliskan sedikit di blog ini. Jujur, yang ingin saya kemukakan dalam acara tersebut adalah acara pameran buku (book fair) yang diselenggarkan oleh pihak masjid. Ini menarik, dimana dalam acara penyambutan ramadhan, biasanya jarang sekali pihak masjid yang mengadakan kegiatan tersebut bahkan bisa dikatakan belum ada (memang sih ada perpustakaan masjid). Menurut hemat saya acara tersebut tentu sangat bermanfaat dan  sejalan dengan konsep Islam tentang wajibnya umat muslim dalam hal menuntut ilmu. Buku adalah salah satu media untuk memperoleh ilmu tersebut.

Acara pameran buku itu bukan hanya sekedar acara tanpa makna karena dari pagi hingga malam begitu padat kegiatan. Acara tersebut diantaranya talkshow, bedah buku, sumbangan buku dan tabligh akbar yang diselenggarakan ba'da Isya. Jadi, untuk orang tua yang ingin menimba ilmu khususnya terkait mendidik anak di era sekarang yang konon katanya penuh perubahan karena kemajuan teknologi, maka para orang tua bisa menghadiri acara tersebut.

Sebagai pustakawan saya jadi berandai-andai, bagaimana kalau ada 100 masjid  mislnya di kabupaten atau kotamadya yang mengadakan kegiatan serupa? Maka, menurut hemat saya ini tentu akan menjadi kegiatan yang berdampak pada investasi sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas di masa yang akan datang. Kenapa demikian? Karena kita tahu, kondisi masyarakat Indonesia yang konon katanya rendah dalam hal minat membaca, maka paling tidak kegiatan yang di selenggarakan pihak masjid tersebut menjadi sumbangsih bagi kemajuan rakyat Indonesia sendiri.

Terlalu mengandalkan pemerintah, tentu tidaklah bijak karena seperti yang kita tahu, sebagai contoh misalnya kehadiran perpustakaan umum pemerintah di tiap kabupaten/kotamadya yang masih terbatas. Kendati ada perpustakaan keliling, tapi seringkali terbentur kendala misalnya SDM yang mengoprasikan maupun anggaran. Bandingkan jika masjid yang mengadakan kegiatan tersebut walau hanya setahun sekali tapi jumlah masjid yang begitu banyak, tentu akan menjadi pengaruh yang besar bagi masyarakat. Sebagai contoh dikampung saya saja ada dua masjid. Itu levelnya baru desa. Bagaimana dengan tingkat kecamatan dan kabupaten/kotamadya?

Masjid memang idealnya tidak sekedar untuk tempat beribadah saja namun juga harus menjadi pusat kegiatan menuntut ilmu selain dari acara ceramah. Kegiatan pemeran buku yang disertai dengan acara-acara diskusi atau bedah buku Islami akan menjadi menarik. Memang, tidak semua masjid mempunyai kondisi keuangan yang sehat. Tapi, mungkin diperlukan kerjasama atau sponsor dari berbagai pihak. Selain itu, tentu saja ada penggerak masjid misalnya para remaja masjid yang biasanya di isi oleh anak-anak muda setempat.  Saat ini, semakin banyaknya para relawan literasi di berbagai daerah juga sebagai peluang untuk diajak bekerja sama dalam mengadakan acara tersebut.
Baca juga: Anda ke Mustafa Centre dan Chinatown Singapore? Jangan Lupa Mampir di Masjid Bersejarah Angullia dan Jamae
Jika masjid-masjid di Indonesia mampu menjadi penyelenggara seperti yang dilakukan Masjid Al-Hidayah Pamulang, maka dalam jangka panjang saya yakin ini bisa menjadi daya dukung dalam sebuah perubahan untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia yang lebih baik, khususnya dalam hal ikut membudayakan masyarakat yang gemar membaca dan cinta pengetahuan. Bagaimana kalau menurut teman-teman?

Salam,
Pustakawan Blogger

Komentar