Cara Unik Umar bin Abdul Aziz Ketika Menunjuk Pejabat

Dua hari yang lalu saat mengikuti kultum ba'da duhur di masjid kantor, ada suatu kisah yang menurut saya unik dan menarik untuk menjadi teladan kita umat muslim. Menurut saya kisah ini lebih cocok lagi untuk para politikus atau siapapun yang menjadi pemimpin dimanapun berada. Kisah tersebut adalah tentang cara unik Umar bin Abdul Aziz yang menunjuk seorang pejabat dalam hal ini seorang penasehat untuk dirinya. Ia melakukan dengan cara yang sederhana dengan berdasarkan kriteria akhlak yang baik.

Kultum

Ketika Umar bin Abdul Aziz ditunjuk sebagai seorang khalifah oleh Sulaiman Bin Abdul Malik, Umar menangis terisak-isak karena itu merupakan amanah berat yang harus diembannya. Beliaupun merasa manusia yang banyak dosa disisi Allah, SWT. Beliau adalah seseorang yang zuhud dan merasa tidak pantas menjadi khalifah walaupun itu hasil penunjukan dan semua yang hadir saat itu menyetujuinya. Beliau adalah seorang khalifah yang menolak kendaraan dinas seekor kuda bagus dengan kusirnya. Bahkan konon kabarnya, kendaraan dinas tersebut dijual dan uangnya dimasukan ke baitul maal. Dan beliau adalah orang yang yang mengucapkan Inna lillahi wa Inna ilaihi raji’uun, ketika ditunjuk menjadi khalifah. Bagaimana dengan kita ketika diberikan amanah seperti Umar? 

Alkisah, Umar mencari seorang penasehat untuk dirinya. Lalu, Umarpun mengangkat sebuah batu besar yang sengaja diletakan ditengah jalan. Kemudian, Umarpun menunggui batu tersebut namun dengan cara bersembunyi. Umar memperhatikan batu dari atas balkon. Ia perhatikan batu itu dari pagi hingga menjelang malam. Di tengah-tengah banyak lalu lalang orang, nyatanya adanya batu itu tidak serta merta orang peduli. 

Suatu hari ada seorang anak muda, melewati batu yang diletakan Umar, namun hanya sekilas memperhatikan dan melihat. Tanpa berkata-kata, lantas pemuda tersebut meninggalkannya tanpa peduli. Kemudian, ada juga anak muda lagi melintasi di depan batu itu. Namun, dengan kondisi yang sama dengan pemuda sebelumnya hanya melihat saja, namun pemuda kali ini sambil menggerutu. "Keterlaluan!!!, siapa yang meletakan batu besar ditengah jalan ini. Benar-benar menganggu", gerutu pemuda tersebut. 

Dengan sabar Umar bin Abdul Aziz masih terus memperhatikan batu yang diletakannya ditengah jalan itu. Menjelang malam, ada seorang kakek tua yang membawa gerobak melewati batu besar yang ada ditengah jalan. Kemudian, kakek tua itupun bicara. "Ya Allah, ada batu besar ditengah jalan.Sedangkan hari menjelang malam. Jika tidak kupindahkan, maka akan membahayakan orang yang lewat." 

Kemudian kakek tua itu dengan susah payahnya memindahkan batu besar itu ke dalam gerobaknya untuk dibawah ketempat yang lebih aman agar tidak menggangu lalu lalang orang yang berjalan. Melihat kakek tua itu, akhirnya Umar bin Abdul Aziz dengan mantap mengangkat kakek tua tersebut sebagai penasehatnya.

Hikmah Dari Kisah Umar bin Abdul Aziz
Apa yang terbesit dibenak teman-teman mengenai kisah cara unik Umar bin Abdul Aziz yang meletakan batu besar ditengah jalan? Tentu Umar melakukan itu dengan sebuah tujuan, yakni untuk mencari seorang pejabat sebagai penasehatnya. Umar memberikan contoh kepada kita, bahwa hal apapun yang harus dilakukan ketika mencari seseorang dalam memberikan kepercayaan untuk menjabat adalah harus dengan kriteria utamanya yaitu akhlak yang baik. 

Kakek tua diatas adalah salah satu contoh yang mempunyai akhlak dan kebijaksanaan dibandingkan dengan dua orang pemuda yang hanya sekedar melewati tanpa peduli bahkan hanya bisa menggerutu tanpa ada solusi. Menurutku, di Indonesiapun demikian. Diperlukan abdi masyarakat yang berakhlak baik seperti kakek tua tersebut. Begitu pentingnya akhlak karena itu adalah salah satu pondasi besar umat muslim untuk maju. Seperti halnya nabi besar kita Muhammad, SAW. Beliau diutus ke bumi untuk menyempurnakan akhlak manusia. Hal ini tersirat dalam hadist yang diriwayatkan Abu Hurairah, bahwa Rasulullah bersabda:
    “Sungguh aku diutus menjadi Rasul tidak lain adalah untuk menyempurnakan akhlak yang saleh (baik)."
Lagipula, pada hakekatnya seluruh ibadah yang kita lakukan muaranya adalah pada akhlak. Lihat nilai-nilai moral ibadah kita :
  •     Sholat mencegah perbuatan keji dan munkar
  •     Puasa untuk mencapai derajat takwa dan taat pada aturan Allah
  •     Haji dilarang rofas, fusuq, dan jidal dalam berprilaku
  •     Zakat menumbuhkan empati dan berbagi kepada para mustahik
Jadi, semua ibadah kita bermuara pada akhlak yang baik. Semoga kita semua menjadi manusia yang berakhlak baik. Amin

Salam
Pustakawan blogger

Komentar