Seperti Ikan Hidup di Luar Air

Hari ini saya terkejut mendapatkan informasi dari kepala kepegawaian, bahwa nama saya masuk dalam daftar untuk pindah ke unit kerja lain dalam hal ini di tata usaha kepala kantorku sebagai sekretaris. Saya kira ini hanya bercanda, nyatanya selang beberapa jam dari omongan kepala kepegawaian itu, datang surat perintah yang berlaku per 1 Desember yang isinya ditugaskan sepenuhnya pada tata usaha kepala kantorku. Saya tak habis pikir, selama ini saya menjadi fungsional pustakawan tiba-tiba dipindah ke tempat yang tidak berkaitan dengan perpustakaan. Dibenakku banyak muncul pertanyaan. Misalnya bagaimana dengan point angka kredit yang harus saya capai? Saya jadi berpikir ini seperti ikan hidup di luar air. Oleh karenanya saya menganggap ini sebuah kegagalan berorganisasi. Mengapa? Ada dua alasan saya berpikir seperti itu. Berikut uraiannya:

1. Hadist
Saya jadi teringat akan sebuah hadist yang berbunyi demikian:
 “Apabila suatu urusan di serahkan kepada yang bukan ahlinya,maka tunggulah saat kehancuran” (Hadist Bukhori)
Sehingga apa yang terjadi dengan kondisiku saaat ini sangat jelas bertolak belakang dengan hadist diatas. Saya bukan ahli dibidang sekretaris. Background saya ilmu informasi dan perpustakaan. Dengan alasan yang tidak masuk akal saya seperti dipaksakan dipindah dalam unit kerja yang jelas-jelas tidak sesuai dengan keahlianku.

2. Manajemen tidak berjalan
Alasan kedua saya menganggap berarti manjemen tidak berjalan karena tanpa melalui prosedur kepegawaian. Saya pernah menulis diblog ini mengenai perbedaan manajemen sumber daya manusia (MSDM) dan kepegawaian / personalia. Ada tiga perbedaan pokok diantara keduanya. Satu yang paling berkaitan dengan kasusku adalah sebagai berikut:
MSDM menganggap bahwa karyawan adalah kekayaan (asset) utama organisasi, jadi harus dipelihara dengan baik. Sedangkan manajemen personalia menganggap bahwa karyawan adalah faktor produksi, jadi harus dimanfaatkan secara produktif.
Inilah kelemahan dikantorku. Pendekatannya masih dilakukan dengan konsep manajemen kepegawaian / personalia bukan MSDM. Sehingga pegawai dianggap faktor produksi bukan sebagai asset organisasi yang harus dipelihara dengan baik terutama keprofesionalan kerja sesuai bidagnya. Perbedaan lainya bisa dibaca disini: Pengertian dan Fungsi Sumber Daya Manusia (MSDM)

Ya memang, saya pernah dipanggil oleh kepala kepegawaian dan pejabat diatas setingkatnya. Namun, itu juga setelah terjadi simpang siur dimana-mana. Saya diambil oleh seorang yang bertugas protokoler untuk menghadap kepala. Dan yang lebih aneh lagi unit kerja yang menangani persoalan sumber daya manusia tidak tahu-menahu mengenai pemanggilan saya ke kepala tersebut.

Tetapi itulah dunia plat merah, kalau sudah A maka harus A. Oleh karennya wajar saja jika paradigma yang beredar dimasyarakat seringkali dianggap organisasi yang tidak pernah maju dan berkembang. Salah satunya persoalan internal seperti ini seringkali diabaikan.

Keluar Dari Zona Nyaman
10 tahun saya berkarir di dunia perpustakaan. Dimulai saat baru menjadi mahasiswa saya mencari pekerjaan sampingan di Perpustakaan Koperasi Kopma UGM, Perpustakaan Pribadi Guru Besar Sejarah UGM dan persewaan komik. Cerita mengenai itu silahkan baca disini: Kerja Sampingan Mahasiswa: Pengalaman Tempo Dulu. Saat baru lulus saya juga langsung bekerja di Perpustakaan IIBS (International Islamic Boarding School) di Cikarang. Kemudian di Perpustakaan SMA-SMK Mandiri Cirebon dan Perpustakaan Pemda Indramayu. Setelah 3 tahun mutasi di Perpustakaan BAPETEN, pekerjaan sebagai pustakawan kini harus berakhir dan sekarang ditugaskan sebagai sekretaris. Banyak teman kantor dan rekan seprofesi yang menanyakan keganjilan tersebut.

Dengan kejadian itu, saya menganggap sedang keluar dari zona nyaman. Seorang teman memberikan nasehat agar kejadian tersebut diambil hikmahnya. Dibalik semua itu pasti Allah, SWT memberikan jalan yang terbaik.
"Jalani saja dulu mas, ambil hikmahnya," kata temanku menasehati
"Ingat artikel yang pernah kamu tulis!! belum tentu kamu tidak suka, padahal itu baik. Dan juga sebaliknya bisa jadi kamu suka, padahal itu jelek. Pokoknya ambil hikmahnya, serahkan semua pada Allah,SWT ", lanjut temanku menasehati.

Nasehat temanku itu benar-benar masuk diakal. Seketika saya tersadar, oh iya, saya jadi teringat akan artikel yang dulu pernah kutulis. Judulnya: Sudahkah Kita Ikhlas dan Ridho? Terima kasih buat temanku yang sudah menasehati dan mengingatkanku (Mr.MTA)

Dalam artikel tersebut ada dua garis lurus sisi 1 dan sisi 2 (lihat gambar dibawah). Kedua sisi itu tidak akan bertemu. Sisi 1 itu adalah segala daya upaya, usaha dan do'a kita (ikhtiar) untuk mencapai sesuai keinginan yang diharapkan. Sedangkan pada sisi 2 adalah takdir Allah yang terjadi pada kita. Inilah yang terjadi padaku. Disisi 1 saya ingin tetap menjadi pustakawan, namun pada sisi 2 kenyataanya saya ditugaskan sebagai sekretaris. Walau saya sudah menolak secara halus ketika ditugaskan sebagai sekretaris karena saya seorang fungsional pustakawan, nyatanya takdir berkata lain. Inilah sikap ridho diperlukan. Seperti yang saya tulis dalam artikel religi tersebut.

Usaha, Do'a, Ikhtiar, Takdir
Lantas, bagaimana dengan jabatan fungsional pustakawannya? Dikatakan bahwa selama menjadi sekretaris, jabatan tersebut tetap melekat. Silahkan cari point angka kreditnya. Yang penting pandai mengatur waktu saja jika akan mengikuti bedah buku, seminar dan lokarkarya kepustakawanan. Saya hanya diam. Menurutku tetap saja saya seperti ikan hidup diluar air....

Semoga saya bisa menjalankan tugas baru ini. Amin...

Salam blogger pustakawan

Komentar